Harga Emas Berpotensi Kian Memudar, Ini Penyebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas dunia berpotensi melemah dalam rentang US$ 1.918-US$ 1.933 per ons troi pada Selasa (24/1). Dalam perdagangan pasar Eropa pukul 19.20 WIB semalam, harga emas dunia berada di level US$ 1.924,40 per ons troi.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, pasar menunggu lebih banyak data Amerika Serikat (AS) pekan ini untuk mengukur apakah ekonomi terbesar dunia itu menghadapi potensi resesi tahun 2023. Salah satunya adalah data pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2022 AS yang akan dirilis pada Kamis (26/1).

"Pertumbuhan diperkirakan melambat pada kuartal keempat dibanding kuartal sebelumnya karena dampak kebijakan moneter yang lebih ketat mulai dirasakan oleh perekonomian" ucap Ibrahim, Selasa (24/1).


Pasar juga fokus pada rilis data Pengeluaran Konsumsi Pribadi Inti AS bulan Desember 2022 yang merupakan parameter inflasi pilihan The Fed. Data ini diperkirakan mereda dari bulan sebelumnya, tetapi tetap jauh di atas target tahunan The Fed sebesar 2%.

Baca Juga: Masyarakat Kian Sadar Berinvestasi Emas, Antam (ANTM) Akui Makin Ketiban Berkah

Pelaku pasar juga prihatin terhadap AS yang mencapai batas pagu utangnya, dengan Kongres tetap terpecah atas pengesahan tindakan untuk menaikkan pagu. Menteri Keuangan AS Janet Yellen, dalam surat baru-baru ini mengatakan kepada Kongres bahwa potensi gagal bayar AS atas kewajiban utangnya dapat mendatangkan malapetaka di pasar keuangan global.

Volume perdagangan di pasar logam juga relatif lebih kecil di awal pekan karena libur pasar di beberapa negara Asia, terutama China, untuk Tahun Baru Imlek. Pasar China akan ditutup untuk sisa minggu ini.

Ibrahim juga meragukan apakah pasar siap menambah posisi short emas menjelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pekan depan. Pasar berekspektasi bahwa The Fed akan memperlambat laju kenaikan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.

"Ekspektasi kenaikan suku bunga yang lebih lambat telah merusak dolar dan imbal hasil Treasury AS, yang selanjutnya menguntungkan harga emas dan aset non-yielding lainnya," tutur Ibrahim.

Meskipun begitu, pasar tetap tidak yakin suku bunga AS akan mencapai puncaknya. Mengingat, inflasi AS masih cenderung mendekati level tertinggi 40 tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi