KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas diprediksi menguat yang didorong konflik di Timur Tengah dan ketidakpastian ekonomi yang masih tinggi. Senin (15/1) pada pukul 11.17 WIB, harga emas menguat 0,30% ke US$ 2.054/oz. Dalam sepekan, harga emas telah menguat 1,37%. Analis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer mencermati, pergerakan harga emas setelah melonjak lebih dari 1% pada Jumat (12/1) di tengah data inflasi yang bervariasi. Harga emas juga terus naik didorong oleh eskalasi krisis di Timur Tengah yang meningkatkan permintaan aset safe haven.
"Hal ini membantu memperkuat posisi logam mulia, meskipun data inflasi AS yang dirilis lebih kuat dari perkiraan," tulisnya dalam keterangan resmi, Senin (15/1).
Baca Juga: Harga Emas Terkoreksi Pada Senin (15/1) Pagi Serangkaian serangan yang dilakukan oleh pasukan AS dan Inggris terhadap kelompok Houthi di Yaman turut memperbesar ketegangan di kawasan tersebut. Sementara itu, konflik antara Israel dan Hamas juga memuncak, dianggap sebagai pemicu agresi baru-baru ini oleh Houthi. Menurut Fishcer, situasi ini mengakibatkan lonjakan permintaan untuk aset safe haven seperti emas. Penyelamatan investor ke aset yang dianggap lebih tradisional, terutama dalam situasi risiko geopolitik tinggi, turut menguatkan harga emas meski data inflasi AS menunjukkan kenaikan yang signifikan. Meskipun angka inflasi AS lebih tinggi dari perkiraan pada bulan Desember, indeks harga konsumen menunjukkan pertumbuhan yang sedikit di atas prediksi. Hal ini, ditambah dengan kestabilan baru-baru ini di pasar tenaga kerja, memberikan Federal Reserve sedikit insentif untuk menurunkan suku bunga lebih awal. Namun, para trader masih mempertahankan ekspektasi pemangkasan suku bunga awal oleh The Fed. Berdasarkan Fedwatch tool dari CME, peluang lebih dari 70% diperkirakan terjadi pada bulan Maret, naik dari peluang sebelumnya yang mencapai 64% sebelum data inflasi dirilis. Dorongan kecil bagi dolar setelah angka Inflasi AS (CPI/Consumer Price Index) membantu menjaga harga emas tetap stabil. Prediksi bahwa logam mulia akan mendapatkan keuntungan dari tingkat suku bunga yang lebih rendah, mengingat suku bunga yang tinggi dapat meningkatkan biaya peluang investasi dalam emas. "Dalam konteks teknis, potensi support untuk harga emas berada di US$ 2.017,30, sementara resistance terlihat di US$ 2.067,15," terangnya.
Baca Juga: Emas Tak Masuk dalam Radar Investasi Warren Buffett, Mengapa? Andrew menilai, hari ini emas masih memiliki potensi yang cukup besar untuk melanjutkan kenaikan. Faktor utama yang mempengaruhi adalah konflik geopolitik di Timur Tengah. "Analisis harga menunjukkan adanya potensi untuk mencapai harga tertinggi setelah emas cukup lama berada dalam tren penurunan, dan saat ini, harga emas telah mencapai garis support yang dapat menjadi titik pendorong untuk kenaikan lebih lanjut," imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi