KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM) alias Antam diprediksi positif pada tahun 2023. Potensi perlambatan ekonomi global yang bakal mendorong kenaikan harga dan permintaan emas. Sebagaimana diketahui, emas merupakan salah satu aset safe haven yang menjadi incaran investor di kala ekonomi sedang sulit. Sebelumnya, Analis DCFX Futures Lukman Leong memperkirakan, harga emas internasional paling tidak bisa mencapai US$ 1.850 per ons troi-US$ 1.900 per ons troi pada tahun depan. Di sisi lain, Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Desy Israhyanti memprediksi harga komoditas Antam lainnya bakal tertekan. Sebut saja feronikel, bijih nikel, perak, bauksit, dan alumina. "Tekanannya dari sisi pelemahan ekonomi global yang bisa menurunkan permintaan di tahun depan," ucap Desy kepada Kontan.co.id, Selasa (13/12).
Baca Juga: Emiten Tambang Mineral Masih Kokoh Meski Ada Ancaman Resesi Meskipun begitu, dalam kurun waktu tiga tahun (2022-2024) harga jual rata-rata komoditas ANTM mayoritas naik cukup signifikan. Desy memprediksi, rata-rata harga jual secara secara CAGR tahun 2022-2024 untuk nikel adalah sebesar 6%, feronikel 16%, emas 1%, perak 16%, bauksit -3%, dan alumina 13%. Lebih lanjut, pengembangan ekosistem bisnis nikel dari hulu ke hilir yang dilakukan Antam akan prospektif dalam jangka menengah hingga panjang. Menurut Desy, bisnis ANTM yang terdiversifikasi dan terintegrasi turut dapat menopang kinerja ANTM ke depannya. dia melihat, hilirisasi nikel nantinya akan berpengaruh terhadap sisi permintaan terutama dari sisi hulu. "Terlebih, larangan ekspor bijih nikel yang sudah diterapkan meski ditentang World Trade Organization akan tetap akan menjadi katalis positif bagi ANTM," tutur Desy. Melihat prospek positif pada ANTM, Desy merekomendasikan
buy saham ini dengan target harga Rp 2.430 per saham. Pada perdagangan Selasa (13/12), harga ANTM ditutup turun 1,03% ke level Rp 1.930 per saham,
Baca Juga: Harga Emas Antam Turun Rp 7.000 Menjadi Rp 998.000 per Gram Hari Ini (13/12) Berdasarkan riset tanggal 20 September 2022, Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan juga merekomendasikan
buy saham ANTM. Dia menetapkan target harga Rp 2.800 per saham. Menurut Hasan, ANTM bakal diuntungkan oleh meningkatnya perkembangan ekosistem
electric vehicle (EV) di Indonesia. Terlebih lagi, ANTM sudah menyelesaikan aksi korporasi berupa
spin off unit bisnis nikelnya ke dalam dua entitas anak usaha, yakni PT Nusa Karya Arindo dan PT Sumberdaya Arindo. Kedua perusahaan ini akan menjadi kendaraan ANTM untuk mengembangkan bisnis yang terkait dengan baterai di masa depan. Sebelumnya, ANTM juga membuat kesepakatan dengan Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co, Ltd. (CBL) dan LG Energy Solution (LGES) untuk membangun proyek baterai kendaraan listrik terintegrasi di Tanah Air. ANTM diharapkan dapat menyuplai sekitar 30 juta ton nikel ore ke fasilitas pemrosesan alias smelter yang akan dibangun oleh CBL dan LGES. "Saya menilai hal ini positif karena ANTM akan berperan aktif dalam mengembangkan ekosistem baterai di Indonesia," kata Hasan.
Baca Juga: Pemerintah Rilis Aturan Holding yang Membawahi ANTM, PTBA, TINS, Inalum dan Freeport Dalam riset tanggal 4 Oktober 2022, Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia Fahressi Fahalmesta menambahkan, dalam kerja sama di sisi hulu yang terkait dengan suplai nikel/ tambang bijih nikel, ANTM akan menggenggam kepemilikan mayoritas setidaknya 51%.
Sementara di hilir, kemitraan ini rencananya akan membangun smelter, baik berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) maupun High Pressure Acid Leaching (HPAL). Apabila ANTM dapat memiliki 20% saham di HPAL dan 30% di RKEF, ANTM dapat mencatat kenaikan nilai US$ 163,3 juta dan US$ 483,1 juta. Fahressi menambahkan, ANTM juga menjalin kemitraan dengan CNGR Hong Kong Material Science & Technology Co Ltd. untuk mengembangkan fasilitas dengan menggunakan teknologi oxygen-enriched side-blown furnace (OESBF). Fasilitas ini mengolah bijih nikel laterit menjadi nickel matte yang merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik. Fasilitas pengolahan ini berkapasitas produksi terpasang sebesar 80.000 ton nikel dalam produk nickel matte yang terbagi dalam dua fase pembangunan. Melihat rencana pengembangan bisnis nikel tersebut, dia merekomendasikan
buy ANTM dengan target harga Rp 2.540 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati