KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas stabil pada hari Senin (27/12) di atas level psikologis US$ 1.800 per ons troi. Daya tarik emas meningkat karena imbal hasil US Treasury yang sedikit lebih lemah diimbangi oleh kenaikan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) membuat emas batangan lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Harga emas spot berada di US$ 1.807,90 per ons troi pada Senin sore setelah bertahan di atas US$ 1.800 sejak akhir pekan. Harga emas berjangka AS turun 0,1% ke US$ 1.809,40 per ons troi. Yield US Treasury acuan turun tipis dari tertinggi lebih dari satu minggu sesi sebelumnya. Penurunan yield US Treasury mengurangi biaya peluang memegang emas yang tidak menghasilkan bunga.
Baca Juga: Pasar Obligasi Negara Berkembang Paling Cuan di Sepanjang 2021 Indeks dolar naik tipis dari level terlemahnya dalam hampir seminggu. Kenaikan nilai tukar dolar menyebabkan harga emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lain. "Emas menghadapi resistensi tepat di atas US$ 1.815 dan jika masa lalu baru-baru ini merupakan indikasi, emas akan terus berjuang untuk mempertahankan kenaikan pada level ini kecuali dolar AS bergerak melemah tajam minggu ini," kata Jeffrey Halley, analis pasar senior di OANDA seperti dikutip Reuters. Pasar saham Asia umumnya lebih lemah dengan minyak mentah AS dalam perdagangan yang menipis pada hari libur. Ketidakpastian atas dampak ekonomi dari varian Omicron membebani sentimen investor. "Apa yang terjadi dengan inflasi dan respons Federal Reserve terhadapnya benar-benar merupakan katalis utama yang membuat tantangan untuk menemukan momentum terarah," kata ahli strategi mata uang DailyFX, Ilya Spivak. Baca Juga: Selain Saham, Properti dan Emas Layak Dibeli di 2022 Likuiditas pasar akan lebih rendah pekan ini. "Pasar yang tipis kemungkinan akan membuat aksi harga lebih volatile jika sesuatu terjadi," tambah Spivak.