KONTAN.CO.ID – JAKARTA.
Harga emas melanjutkan kenaikannya di atas US$2.774 per ons troi di perdagangan Rabu (30/10). Naiknya harga emas didorong oleh ketidakpastian politik menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat (AS), serta meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Tim riset Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) mengatakan, ketidakpastian dari pemilu AS dan konflik timteng itu, lantas membuat pelaku pasar beralih ke emas sebagai aset lindung nilai (
safe haven). Saat ini, pelaku pasar sedang mengamati dengan seksama pemilihan umum AS yang akan berlangsung pada tanggal 5 November. Menurut survei cepat, peluang Trump untuk menang telah meningkat menjadi 52%, dibandingkan dengan 48% untuk Wakil Presiden Kamala Harris.
Meskipun demikian, calon dari Partai Demokrat ini masih unggul tipis di sebagian besar jajak pendapat nasional. Baca Juga: Google Harus Bayar Denda Fantastis! 2 Undesilion Rubel pada Media Rusia Di sisi data ekonomi AS, Bureau of Labor Statistics (BLS) AS melaporkan Lowongan Kerja JOLTS AS turun ke 7,44 juta pada bulan September dari 7,861 juta yang direvisi lebih rendah pada bulan Agustus dan di bawah prakiraan 7,99 juta. Data Lowongan Kerja JOLTS AS yang lebih rendah dari prakiraan mengindikasikan pasar tenaga kerja yang melemah. Hal ini membuat ekspektasi pasar terhadap Federal Reserve (The Fed) AS lebih mungkin menurunkan suku bunga untuk melindungi pertumbuhan. "Suku bunga yang lebih rendah positif untuk aset-aset yang tidak membayar bunga seperti emas," ungkap ICDX dalam riset, Rabu (30/10). Tim riset ICDX menganalisis, peningkatan harga emas saat ini membawa level support beralih ke area US$2.700 dan resistance terdekat berada di area US$2.755. Support terjauhnya berada di area US$2.660 hingga ke area US$2.610, sementara untuk resistance terjauhnya berada di area US$2.764 hingga ke area US$2.790. Mengutip Bloomberg, Rabu (30/10) pukul 17.35 WIB, harga emas (XAU/USD) berada di level US$ 2.782,39 per ons troi. Harga emas terpantau menguat sekitar 0,28% dari sehari sebelumnya yang ada di US$ 2.774,74 per ons troi.
Baca Juga: Harga Emas Cetak Rekor Baru, Tren Kenaikan Diprediksi Berlanjut ke Level US$ 2.800 Pengamat Mata Uang dan Komoditas Lukman Leong mencermati bahwa sebenarnya tidak ada sentimen khusus yang mendukung kenaikan harga emas mencapai level tertinggi atau All Time High (ATH) kali ini.
Sentimen yang meliputi lonjakan harga emas masih sama, namun keyakinan investor semakin kuat. "Investor sekarang semakin yakin harga emas masih akan terus naik dan
upside masih cukup besar, kemungkinan bisa mencoba level psikologis US$3.000 hingga akhir tahun, jika dilihat dari kecepatan penguatan emas beberapa bulan terakhir," ujar Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (30/10). Lukman menyebutkan, faktor potensi kemenangan Trump mungkin akan sangat berperan dalam jangka waktu pendek ini bagi pergerakan pasar termasuk harga emas. Namun tidak sedikit pula investor yang menganggap siapa pun pemenangnya, harga emas tetap akan naik. "Kemenangan Trump dianggap bisa merusak ekonomi global, melebarkan secara besar-besaran defisit anggaran AS, dan bisa menciptakan kekhawatiran yang besar dan aksi
flight to safety," jelas dia.
Baca Juga: Menko Airlangga Klaim Target Pertumbuhan Ekonomi 8% Bukan Hal Mustahil Menurut Lukman, target harga emas di level US$2.800 per ons troi, memang sudah tidak jauh.
Selain itu, level US$3.000 juga tidak di luar jangkauan. Dalam jangka pendek, pilpres AS dan situasi konflik Timur Tengah ataupun konflik Ukraina dan Rusia masih tetap akan menjadi fokus investor. Dalam jangka panjang, perseteruan perang dagang China-AS, tensi China-Taiwan, permintaan bank sentral, dan dedolarisasi akan terus mendukung harga emas.
"Asumsi Rupiah di Rp 15.500 per dolar AS dan emas spot di rentang US$2.800 – US$3.000 per ons troi, harga emas antam akan berkisar Rp 1.62 juta di akhir 2024," ucap Lukman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .