Harga Emas Datar, Data CPI Meredam Potensi Pemangkasan Suku Bunga yang Terlalu Besar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas bertahan menguat tipis pada pagi ini setelah semalam turun karena penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) dan imbal hasil US Treasury. Data inflasi AS mendorong investor untuk mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga yang terlalu besar dari Federal Reserve minggu depan.

Kamis (12/9) pukul 7.04 WIB, harga emas spot menguat tipis ke US$ 2.511,90 per ons troi dari posisi penutupan perdagangan kemarin di US$ 2.511,76 per ons troi. Kemarin, harga emas spot melemah 0,2% setelah rilis data inflasi AS.

Harga emas berjangka AS kontrak Desember 2024 melemah 0,10% ke US$ 2.539,80 per ons troi  pada pagi ini.


Harga konsumen AS hanya naik sedikit pada bulan Agustus. Tetapi inflasi yang mendasarinya menunjukkan beberapa kekakuan yang dapat menghalangi Fed untuk memberikan pemangkasan suku bunga setengah poin minggu depan.

Baca Juga: Dikepung Sentimen Negatif, Cermati Prospek dan Rekomendasi Saham Komoditas

"Inflasi masih terjadi. Konsumen masih merasakannya. Jika mereka menurunkan suku bunga setengah, itu menandakan mereka menyerah di sini... seperempat poin adalah sesuatu yang hampir terpaksa mereka lakukan di sini saat ini," kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures seperti dikutip Reuters.

Saat ini, pasar memperkirakan peluang penurunan suku bunga AS sebesar 25 basis poin sebesar 87%, dibandingkan dengan 71% sebelum data tersebut, menurut alat CME FedWatch.

The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada masing-masing dari tiga pertemuan kebijakan yang tersisa pada tahun 2024, menurut mayoritas ekonom dalam jajak pendapat Reuters. Hanya sembilan dari 101 responden jajak pendapat yang mengharapkan penurunan setengah poin persentase minggu depan.

Baca Juga: Harga Emas Spot Turun ke US$2.505,17 Rabu (11/9), Setelah Rilis Data Inflasi AS

"Kenaikan CPI inti kurang lebih menegaskan potensi penurunan suku bunga 25 bps pekan depan. Harga emas tertinggi sepanjang masa mungkin harus menunggu sedikit lebih lama," kata Tai Wong, pedagang logam independen yang berbasis di New York.

Pasar sekarang akan melihat ke arah pembacaan indeks harga produsen AS dan klaim pengangguran awal yang akan dirilis pada hari Kamis.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Moskow harus mempertimbangkan untuk membatasi ekspor uranium, titanium dan nikel sebagai balasan terhadap Barat.

Harga paladium naik karena perubahan dalam peraturan ekspor, khususnya di Rusia, kata Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati