Harga Emas Berpeluang Terkoreksi, Cermati Pemicunya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas diprediksi mengalami penurunan pada perdagangan, Selasa (6/8). Hal ini seiring dengan harga emas yang telah mencapai puncaknya, sehingga kemungkinan besar akan mengalami koreksi.

Berdasarkan Trading Economics, harga emas internasional naik tipis 0,18% ke level US$ 2.409 per ons troi pada perdagangan Selasa (6/8) pukul 10.12 WIB. Sedangkan dalam sepekan, harga emas terkoreksi 1,36%. 

Analis dari Dupoin Indonesia, Andrew Fischer mengungkapkan bahwa harga emas telah mencapai puncaknya beberapa waktu lalu, sehingga wajar jika akan terjadi koreksi harga. Koreksi ini terjadi sebagai respon alami pasar setelah periode kenaikan yang signifikan. 


Baca Juga: Harga Emas Spot Bergerak Naik Selasa (6/8) Pagi, Optimisme Pemangkasan Suku Bunga AS

“Dengan harga yang sudah berada di level tertinggi, potensi kenaikan lebih lanjut menjadi terbatas dan memicu aksi jual oleh para investor yang ingin mengamankan keuntungan mereka,” kata Fischer dalam risetnya, Selasa (6/8). 

Dari sisi teknikal, Fischer menggunakan analisis trendline dan candlestick untuk memperkuat prediksinya. Analisis trendline menunjukkan bahwa harga emas cenderung mengikuti garis tren menurun setelah mencapai puncaknya. 

Selain itu, pola candlestick terbaru juga mengindikasikan adanya tekanan jual yang kuat di pasar emas. Kombinasi dari kedua metode ini memberikan gambaran yang lebih jelas bahwa harga emas kemungkinan besar akan terus menurun dalam waktu dekat.

Baca Juga: Harga Emas Spot Turun Lebih dari 1% Akibat Jual Beli di Pasar Keuangan Global

Tak hanya analisis teknikal, Fischer juga mengamati kondisi pasar global yang turut berkontribusi pada penurunan harga emas. Pada Senin (5/8), harga emas anjlok lebih dari 1%, terjebak dalam arus aksi jual pasar global yang lebih luas yang didorong oleh meningkatnya kekhawatiran ekonomi. 

“Ini menunjukkan adanya tekanan jual yang signifikan di pasar emas, meskipun emas biasanya dianggap sebagai safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi,” imbuhnya. 

Editor: Noverius Laoli