Harga Emas Diprediksi Bergerak Fluktuatif pada Semester I, Ini Alasannya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas diperkirakan akan bergerak fluktuatif di semester I 2024. Baru di semester II diperkirakan harganya kembali menguat.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi mengatakan, fluktuasi harga emas karena pernyataan bank sentral mengenai potensi penurunan suku bunga baru terjadi di semester II. 

Di sisi lain, konflik geopolitik di Timur Tengah, Rusia-Ukraina, ditambah pernyataan pemimpin Korea Utara yang siap berperang menjaga permintaan emas sebagai safe-haven.


"Alhasil saat dolar AS menguat, penurunan emas tidak terlalu tajam," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (4/2).

Baca Juga: Di Tengah Ketidakpastian Ekonomi, Harga Emas Diprediksi Tetap Mengkilap

Berdasarkan data Trading Economics, harga emas terkoreksi 0,06% dalam sebulan menjadi US$ 2.039,56 per Jumat (2/2).

Ibrahim memperkirakan, harga emas di semester I ini tidak akan menyaingi harga tertinggi emas yang dicapai pada 5 Desember 2023 kemarin di US$ 2.148 per oz troy. Ia memproyeksikan harga emas akan berada di US$ 1.950 per oz troy sebagai level terendah dan tertinggi di US$ 2.050 per oz troy.

Sementara di semester II Ibrahim menyebut harga berpotensi kembali naik ke US$ 2.100 per oz troy. Karenanya, ia menyarankan investor untuk wait and see terlebih dahulu.

Pengamat komoditas dan mata uang Lukman Leong menambahkan, sentimen lain yang dapat menghambat laju harga emas seperti kinerja perusahaan-perusahaan besar di AS yang positif. 

"Hal tersebut membawa harga saham meningkat sehingga sentimen risk appetite ini bisa mengurangi permintaan institusi pada emas di ETF," sebutnya.

Baca Juga: Pegadaian: Permintaan Emas Dalam Negeri Masih Rendah

Sementara untuk sentimen yang dapat mendukung harga emas berasal dari dedolarisasi. Khususnya dari China yang melepas dolar dan membeli emas.

Lukman memperkirakan harga emas dunia di akhir tahun pada level US$ 2.200 per oz troy. Sementara untuk emas Antam di level Rp 1,24 juta per gram dengan asumsi rupiah di Rp 16.000 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi