KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas diperkirakan akan mengalami pelemahan untuk jangka pendek. Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) menjadi pemicunya. Analis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer melihat adanya tanda-tanda pelemahan dalam jangka pendek. Meskipun demikian, prospek jangka panjang untuk emas tetap
bullish dengan pengaruh pemerintahan AS yang bergejolak. Menurut Fischer, perbandingan arah harga menunjukkan kecenderungan penurunan dari harga tertinggi sebelumnya. Namun, ini dianggap sebagai pergerakan sementara karena
roadmap analisis menunjukkan tren kenaikan yang berkelanjutan untuk emas.
"Pengaruh dari situasi pemerintahan AS yang tidak stabil, dengan presiden AS cenderung meningkatkan anggaran untuk mencegah pemerintahan AS
shutdown, turut mempengaruhi pergerakan harga emas," tulisnya dalam riset, Selasa (2/4).
Baca Juga: Harga Emas Dunia Stabil di Dekat Puncak, Emas Antam Masih Rekor tertinggi Adapun tanda-tanda pelemahan emas berasal dari data JOLTS Job Opening yang diperkirakan akan menguatkan kembali mata uang dolar AS. Sehingga ia menilai akan memberikan dampak negatif terhadap harga emas dalam jangka pendek. Kemarin, harga emas mencapai rekor baru didorong oleh permintaan
safe-haven yang meningkat.
Spot gold naik 0,9% menjadi US$ 2.249,95 per ons, sementara
gold futures yang akan berakhir pada bulan Juni naik 0,8% menjadi US$ 2.257,10. "Namun, lonjakan dolar setelah tanda-tanda kekuatan ekonomi AS memicu imbal hasil
treasury dan dolar lebih tinggi, mengurangi daya tarik emas bagi pembeli asing," katanya. Peningkatan tak terduga dalam aktivitas manufaktur AS, berdasarkan data Indeks Manajer Pembelian Manufaktur ISM yang naik ke angka 50,3 dari 47,8, telah mengurangi harapan penurunan suku bunga. Meskipun demikian, data indeks harga PCE inti yang menunjukkan perlambatan inflasi lebih dari yang diharapkan di bulan Februari menunjukkan potensi pergeseran dalam tren inflasi. Morgan Stanley mempertahankan perkiraan pemangkasan pertama suku bunga pada bulan Juni, dengan keyakinan bahwa data PCE inti yang lebih rendah akan membuktikan disinflasi yang berkelanjutan.
Baca Juga: Imbal Hasil Kripto dan Emas Melambung Sepanjang Maret 2024 Ketegangan geopolitik yang meningkat juga mendukung sentimen terhadap emas sebagai
safe-haven, dengan laporan serangan Israel terhadap sebuah gedung di Suriah yang dikaitkan dengan kedutaan besar Iran. Dus, harga emas berpotensi melemah dalam jangka pendek sebelum menguat kembali. "Faktor-faktor seperti berita ekonomi dan geopolitik akan terus memengaruhi pergerakan harga emas dalam beberapa waktu ke depan," imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi