Harga Emas Diprediksi Tertekan dalam Jangka Pendek, Tapi Akan Naik di Akhir Tahun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas masih tertekan dan diramal akan berfluktuasi tinggi dalam jangka pendek. Fluktuasi harga emas ini terjadi di tengah penantian data inflasi Amerika Serikat (AS) yang dapat memberikan petunjuk baru tentang seberapa cepat Federal Reserve dapat memangkas suku bunga. 

Berdasarkan Trading Economics, harga emas turun 0,5% ke level US$ 2.308 per ons troi pada Rabu (26/6) pukul 18.00 WIB. Dalam sepekan harga emas tertekan 0,63%. 

Analis Pasar Mata Uang, Lukman Leong melihat, dalam jangka pendek ini harga emas masih akan berkonsolidasi dan berfluktuasi merespon data-data ekonomi AS dan pidato-pidato pejabat-pejabat the Fed. 


Lukman mengatakan strategi terbaik bagi investor adalah membeli emas di saat terjadi koreksi besar dan boleh melepas atau menjualnya ketika harga emas sudah kembali naik cukup besar.

Dia memprediksi harga emas masih akan tertekan dua hingga tiga bulan ke depannya. Hal tersebut karena menunggu kejelasan prospek suku bunga the Fed.

Baca Juga: Harga Emas Diprediksi Turun Efek Penguatan Dolar dan Antisipasi Data Inflasi PCE

Kendati begitu, menurut Lukman, prospek harga emas dalam jangka panjang akan kembali menguat karena didukung ekspektasi meningkatnya permintaan bank-bank sentral, kekhawatiran perang yang masih berlangsung di Timur Tengah dan prospek pemangkasan suku bunga. 

“Jadi prospek jangka panjang harga emas masih akan naik oleh permintaan bank-bank sentral dunia,” kata Lukman kepada Kontan.co.id, Rabu (26/6). 

Analis Deu Calion Futures (DCFX), Andrew Fischer mengatakan harga emas masih tertekan karena suku bunga AS yang masih tinggi sehingga memberikan dampak negatif bagi pasar logam. Pasalnya hal ini meningkatkan biaya peluang untuk berinvestasi pada aset yang tidak memberikan imbal hasil, seperti emas. 

Menurut dia, meskipun data inflasi untuk bulan Mei menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan, namun tekanan harga emas masih relatif tinggi.

Apalagi, fokus minggu ini yaitu, data inflasi yang akan dirilis pada Jumat (28/6), PCE yang merupakan pengukur inflasi pilihan Federal Reserve, diharapkan menunjukkan inflasi yang sedikit menurun namun tetap di atas target tahunan bank sentral sebesar 2%. 

“Berdasarkan prediksi saya, penurunan terdalam pada harga emas akan mencapai US$ 2.310 - US$ 2.305. Lalu setelah itu harga cenderung naik cukup tinggi karena tanda pelemahan dolar AS akan terjadi ke depannya dan ini perlu diperhatikan,” kata Fischer kepada Kontan.co.id, Rabu (26/6). 

Fischer memprediksi, penurunan harga emas akan berlangsung dalam jangka pendek. Namun ini akan membuat harga emas cenderung naik lebih banyak ke depannya, sehingga akan membuat para investor lebih memilih emas lantaran dampak dari dedolarisasi.

“Selain itu, kepercayaan terhadap penggunaan mata uang dolar AS masih cenderung menurun. Tanda kenaikan harga emas ini di dukung dengan perubahan arah trend juga dalam waktu dekat,” imbuhnya. 

Dia mengatakan, dalam kondisi harga emas saat ini, investor bisa melakukan wait and see terlebih dahulu sampai benar-benar the Fed memberikan pernyataan terkait pemangkasan suku bunga di akhir tahun ini. 

Baca Juga: Cuan 17,62% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Turun, Rabu (26 Juni 2024)

Fischer memproyeksikan, harga emas akan mencapai US$ 2.400 pada awal kuartal ketiga 2024 dan US$ 2.500 per ons troi pada akhir tahun ini.

Sedangkan Lukman, memprediksi harga emas akan berada di posisi US$ 2.380 pada awal kuartal III 2024 dan berkisar  2.500 per ons troi pada akhir tahun 2024. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat