Harga Emas Diproyeksi Masih Mengkilap di Paruh Pertama Tahun Ini



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Ketidakpastian ekonomi dan konflik geopolitik membuat harga emas diprediksi akan mengilap di tahun ini. Walaupun dalam jangka pendek harga emas masih tertekan.

Berdasarkan data Bloomberg, harga emas berada di US$ 2.053,70 per ons troi, turun 1,90% dalam sebulan terakhir.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, harga emas akhir pekan lalu turun 0,84% secara harian karena laporan penggajian di Amerika Serikat (AS) pada Januari 2024 lebih kuat dari perkiraan pasar. Sehingga mendorong dollar AS naik ke level tertinggi dalam tujuh minggu.


Baca Juga: Harga Emas Diramal Fluktuatif pada Paruh Pertama 2024, Begini Saran untuk Investor

Selain itu, imbal hasil obligasi global yang meningkat juga membebani logam mulia. Kemudian, reli S&P 500 pada Jumat lalu juga membatasi permintaan safe-haven.

Ekonomi AS yang membaik mengakibatkan proyeksi besaran penurunan suku bunga AS menjadi berkurang dari 160 basis poin (bps) menjadi sebesar 127 bps pada akhir 2024.

"Namun meningkatnya eskalasi konflik di Timur Tengah tetap menjadi perhatian utama. Dan ini salah satu penyebab mengapa emas tidak melemah signifikan," kata Sutopo, kemarin (4/2).

Sutopo memperkirakan emas diperdagangkan pada US$ 2.063,29 per ons troi pada akhir kuartal I-2024 dan di akhir tahun diperkirakan akan diperdagangkan pada US$ 2.131,46 per ons troi.

Baca Juga: Ini Sektor yang Menarik untuk Dicermati di Tahun Naga Kayu

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi memperkirakan, harga emas di semester I 2024 tidak akan menyaingi harga tertinggi emas yang dicapai pada 5 Desember 2023 di US$ 2.148 per ons troi.

Ia memproyeksikan harga emas akan berada di rentang US$ 1.950–US$ 2.050 per ons troi pada paruh pertama tahun ini.

Sementara di semester II Ibrahim menyebut harga emas berpotensi kembali naik ke US$ 2.100 per ons troi. Sehingga, ia menyarankan investor untuk wait and see terlebih dahulu.

Baca Juga: Inflasi Melandai pada Awal Tahun 2024 , Begini Respons BI

Sedangkan Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong menambahkan, sentimen lain yang dapat menghambat laju harga emas adalah kinerja perusahaan-perusahaan besar di AS yang positif.

"Hal tersebut membawa harga saham meningkat sehingga sentimen risk appetite," sebut Lukman.

Sementara untuk sentimen yang dapat mendukung harga emas berasal dari dedolarisasi. Khususnya dari China yang melepas dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli