KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas dunia masih berada dalam tren penurunan. Berdasarkan data
Bloomberg, harga emas ditutup di level US$ 1.917,90 per ons troi pada Kamis (29/6) dari harga akhir bulan Mei 2023 di US$ 1.982,10 per ons troi. Namun, pada Jumat (30/6), harga emas naik tipis ke US$ 1.929,40 per ons troi. Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, penurunan harga emas terjadi seiring dengan rencana The Fed untuk menaikkan suku bunga acuannya sebanyak dua kali lagi di sisa tahun 2023. Besaran kenaikan masing-masing kemungkinan adalah 25 basis poin (bps). Ibrahim memprediksi, The Fed kemungkinan besar akan mengerek suku bunganya pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Juli mendatang.
Baca Juga: Harga Emas Antam Tak Bergerak di Level Rp 1.049.000 Per Gram Pada Hari Ini (2/7) "Hal ini membuat kondisi pasar menjadi sedikit apatis terhadap kenaikan harga emas sehingga harga diprediksi masih akan mengalami penurunan," kata Ibrahim saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (2/7). Selain itu, langkah Bank of England (BoE) yang menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps di luar dugaan pelaku pasar. Sebelumnya, para analis memprediksi bank sentral Inggris tersebut hanya akan menaikkan suku bunga acuan 25 bps. Di sisi lain, European Central Bank (ECB) tetap mempertahankan suku bunganya. Kenaikan suku bunga sebesar 50 bps dijalankan BoE karena inflasi di Inggris Raya relatif lebih tinggi dibanding di Eropa sehingga kenaikan suku bunga diharapkan dapat menahan laju inflasi yang tinggi. Ibrahim memprediksi, level support harga emas saat ini berada di US$ 1.900 per ons troi. "Apabila tembus, maka emas bisa terus turun ke US$ 1.850 per ons troi yang akan tercapai apabila The Fed jadi menaikkan suku bunga 25 bps pada Juli ini," ucap Ibrahim. Menurutnya, saat harga emas dunia mendekati level US$ 1.850 dapat menjadi momentum pembelian yang tepat. Pasalnya, Ibrahim melihat ada potensi
rebound kembali dari level tersebut. Pada akhir tahun, Ibrahim memperkirakan harga emas dunia akan menyentuh US$ 2.000 per ons troi. Faktor pendorongnya berasal dari inflasi Amerika Serikat (AS) yang semakin terkendali dan mendekati target sasaran 2%.
Baca Juga: Harga Emas Hari Ini Tak Berubah (2/7), Rugi 11,46% Membayangi Pembeli Sepekan Lalu! Dengan semakin jinaknya inflasi, maka The Fed berpeluang untuk menurunkan suku bunganya yang kemungkinan diikuti oleh bank sentral lainnya. Hal ini akan membawa dampak positif bagi harga emas. Selain itu, ketegangan yang terus menanas di Timur Tengah serta konflik geopolitik antara Rusia-Ukraina yang masih berlangsung juga akan menjadi sentimen positif bagi harga emas dunia. Bernada serupa, Analis Mata Uang dan Komoditas Lukman Leong juga berpendapat, harga emas tertekan karena meningkatnya prospek kenaikan suku bunga bank-bank sentral utama dunia, terutama The Fed.
Dalam jangka pendek, harga emas kemungkinan dapat mencapai US$ 1.850 per ons troi. "Namun di level psikologis US$ 1.900 juga sudah cukup memberikan
support dan
buying level yang bagus," kata Lukman. Meskipun begitu, menurutnya, sentimen ini lebih cenderung bersifat jangka pendek hingga menengah. Alasannya, sikap agresif bank sentral juga bisa memicu perlambatan ekonomi global dan mendukung safe haven emas. Lukman memprediksi, harga emas akan kembali menyentuh level tertinggi mendekati US$ 2.100 per ons troi. Perlambatan ekonomi global, ketidakpastian dari perang Rusia-Ukraina, dan permintaan bank sentral masih akan mendukung harga emas. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto