Harga emas kembali melejit gara-gara tiga faktor ini



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga emas mencatatkan kenaikan pada transaksi Kamis (14/11). Mengutip data Reuters, pada pukul 14.05 waktu New York, harga emas di pasar spot melonjak 0,7% menjadi US$ 1.472,66 per troy ounce. Sedangkan harga kontrak berjangka emas melesat 0,7% menjadi US$ 1.473,40 per troy ounce.

Lonjakan harga si kuning terjadi seiring kecemasan investor mengenai buntunya kesepakatan dagang antara AS dengan China. "Ada kecemasan mengenai kesepakatan 'fase satu' karena sepertinya ada kebuntuan terkait masalah produk agrikultur. Sebagai hasilnya, kita melihat adanya gelombang baru (di emas)," jelas David Meger, director of metals trading di High Ridge Futures.

Negosiasi perdagangan memang saat ini terkendala isu pembelian produk-produk pertanian, di mana China tidak menginginkan kesepakatan yang hanya menguntungkan Amerika saja. Hal ini dilaporkan pertama kali oleh Wall Street Journal pada Rabu lalu.


Sementara itu, sejumlah ekonom yang disurvei Reuters bilang, Amerika dan China sepertinya tidak akan mencapai kata sepakat yang permanen dalam beberapa tahun ke depan. Selain itu, meski kecemasan mengenai resesi AS mulai mereda, namun, ekonom juga menilai tidak akan terjadi rebound pada pertumbuhan ekonomi AS dalam waktu dekat.

Di sisi lain, penurunan aset-aset berisiko dan pelemahan mata uang AS semakin menyokong pergerakan si logam mulia.

"Dollar mengalami sedikit pelemahan terhadap sejumlah mata uang dunia, bersamaan dengan penurunan pasar saham. Kedua faktor itu hanyalah tambahan mengapa harga emas dan perak menanjak," tambah Meger kepada Reuters.

Asal tahu saja, pasar saham dunia, yield surat utang AS, dan dollar AS mengalami penurunan seiring lemahnya data ekonomi di seluruh dunia. Kondisi ini kian menambah kecemasan terkait perlambatan ekonomi dunia.

Sebagai contoh, pertumbuhan produksi pabrik China melambat lebih besar dari prediksi pada Oktober; ekonomi Jepang bergerak flat di kuartal III sebagai hasil dari perang dagang dan lemahnya permintaan global; dan Jerman berhasil menghindari resesi pada kuartal ketiga.

"Emas akan mengalami permintaan yang sangat tinggi dalam jangka pendek karena negosiasi perang dagang AS dan China menemui jalan buntu," papar analis Commerzbank Daniel Briesemann dalam risetnya.

Sementara itu, Pimpinan The Federal Reserve Jerome Powell pada Rabu mengatakan, dampak dari pemangkasan suku bunga AS sebanyak tiga kali masih sangat terasa dan tidak akan ada penurunan suku bunga lanjutan kecuali ada perubahan 'material' dalam outlook ekonomi.

Seperti yang diketahui, emas sangat sensitif dengan pergerakan suku bunga. Dengan mengacu pada pernyataan Powell, maka investor memprediksi tak akan ada perubahan suku bunga hingga akhir tahun mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie