KONTAN.CO.ID - JAKARTA.
Harga emas kembali dalam tren naik pada Senin (26/8), pasca pernyataan dovish Ketua The Fed Jerome Powell yang menaikkan prospek pemangkasan suku bunga acuan pada September mendatang. Melansir trading Economics, pada Senin (26/8) pukul 18.40 WIB, harga emas berada di level US$ 2.522 per ons troi. Dalam sehari harga emas ini naik 0,52% dan meningkat 0,53% dalam sepekan. Research and Development ICDX Darren Al Taqy Megantoro menjelaskan dengan rilisnya data penting AS pada akhir minggu lalu membawa dominasi minat pasar ke dolar AS menurun. Data ekonomi yakni angka klaim pengangguran AS yang naik dari 227.000 pada minggu sebelumnya, menjadi 232.000 pada minggu ini.
Menurut Powell ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan penyesuaian terhadap kebijakan ekonomi di tengah berkurangnya risiko peningkatan inflasi dan meningkatnya risiko pengangguran di AS. “Data ini menandakan ada penurunan pada kondisi pasar tenaga kerja serta potensi perlambatan ekonomi. Hal ini menyebabkan The Fed untuk mengambil sikap yang lebih dovish dengan berpotensi melakukan penurunan suku bunga sehingga melemahkan nilai dolar AS,” tulis Darren dalam riset Senin (26/8).
Baca Juga: Harga Emas Spot Menuju Rekor Tertinggi Saat Powell Mendukung Pemotongan Suku Bunga Darren mencermati support terjauh untuk harga emas berada di area US$ 2.485 hingga ke area US$ 2.455. Sementara untuk resistance terjauhnya berada di area US$ 2.525 hingga ke area US$ 2530 per ons troi. Pengamat komoditas dan mata uang, Lukman leong menambahkan, selain pernyataan Powell, harga emas juga mendapatkan dukungan dari meningkatnya tensi di Timur tengah. “Sebelumnya pada 16 Agustus 2024, berita bahwa China kembali membuka kuota impor emas juga menjadi pendorong kuat harga emas naik,” jelas Lukman kepada KONTAN, Senin (26/8). Lukman melihat harga emas akan terus dalam tren penguatan sampai akhir tahun, mengingat The Fed diprediksi memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada September, kemudian 75 bps pada November hingga Desember 2024. Sehingga Lukman melihat harga emas akan berada di level US$ 2.700 untuk akhir tahun dan secara konservatif akan menembus US$ 3.000 tahun depan. Ia merekomendasikan bagi investor masih sempat masuk di harga sekarang, dan mengantisipasi untuk masuk kembali apabila harga terkoreksi ke US$ 2.480 dan US$ 2.430. “Investor tidak bisa hanya menunggu koreksi karena hal itu tidak jamin akan terjadi,” lanjut Lukman. Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo mencermati permintaan safe haven untuk logam mulia tetap kuat di tengah kekhawatiran bahwa Iran mungkin akan menyerang Israel sebagai balasan atas pembunuhan pemimpin militan Hamas baru-baru ini di Teheran. “Pemulihan harga XAUUSD di sesi Eropa sangat mengesankan karena emas mencapai puncaknya di atas level US$ 2.500.00. Komentar dovish dari Jerome Powell semakin mengukuhkan posisi emas,” ujar Sutopo kepada KONTAN, Senin (26/8).
Baca Juga: Harga Emas Stabil di US$ 2.510 Saat Dolar AS Melemah Akibat Pernyataan Dovish The Fed Risiko geopolitik di Timur Tengah dan data ekonomi makro AS yang lemah, disusul meningkatkan prospek The Fed memotong suku bunga hingga tiga kali yang dimulai September 2024. Hal-hal ini berpadu dan menjadi sentimen yang mendorong kenaikkan harga logam kuning pada tahun ini. Sutopo memprediksi pergerakan lanjutan bagi harga emas akan terus berlanjut apalagi setelah pergerakannya melewati all time high di US$ 2.531,76. Resistance terdekat emas saat ini adalah US$ 2.518,37 selanjutnya US$ 2.531,76. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat