Harga Emas Lanjut Koreksi, Dipicu Pernyataan The Fed tentang Kenaikan Suku Bunga



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas melanjutkan koreksi pada perdagangan Rabu (8/3) pagi. Pukul 07.17 WIB, harga emas untuk pengiriman April 2023 di Commodity Exchange ada di US$ 1.817,70 per ons troi, turun 0,13% dari sehari sebelumnya yang ada di US$ 1.820 per ons troi.

Harga emas turun, setelah Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bahwa The Fed siap untuk meningkatkan laju kenaikan suku bunganya bila diperlukan.

Mengutip Bloomberg, Powell mengungkapkan, bank sentral kemungkinan akan menaikkan suku bunga lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya dan siap untuk mempercepat laju kenaikan jika data ekonomi menjamin.


Baca Juga: Harga Emas Tergelincir ke US$1.839,54 Menjelang Pidato Powell, Selasa (7/3)

"Data ekonomi terbaru datang lebih kuat dari yang diharapkan, yang menunjukkan bahwa tingkat suku bunga akhir kemungkinan akan lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya," jelas Powell dalam kesaksian yang disiapkan di hadapan Komite Perbankan Senat.

"Jika totalitas data menunjukkan bahwa pengetatan yang lebih cepat diperlukan, kami akan siap untuk meningkatkan laju kenaikan suku bunga." 

Sementara itu, melawan tekanan dari kenaikan suku bunga, permintaan emas yang kuat dari bank sentral membantu menopang harga dalam beberapa bulan terakhir. 

Data menunjukkan China meningkatkan cadangan emasnya untuk bulan keempat pada Februari. Langkah China ini sejalan dengan bank sentral negara-negara Asia lainnya yang juga meningkatkan kepemilikan emas seiring melemahnya dolar AS.

Baca Juga: Harga Emas Spot Langsung Turun 1% Setelah Nada Hawkish Powell

"Untuk tahun 2023, kita perlu mempertimbangkan faktor makro dan sisi permintaan, tetapi garis tren baru menunjukkan emas kemungkinan akan lebih reaktif terhadap perubahan imbal hasil dibandingkan tahun 2022," kata Morgan Stanley dalam sebuah catatan.

"Pembelian bank sentral mungkin melambat, tetapi permintaan perhiasan dan teknologi dapat meningkat dari pembukaan kembali China."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi