Harga Emas Lesu di Pagi Ini (18/12), Fokus Investor Beralih ke Laporan Inflasi AS



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga emas berjuang untuk mendapatkan momentum di awal sesi perdagangan Asia pada hari Senin (18/12). Investor menantikan data inflasi Amerika Serikat (AS) yang akan dirilis akhir pekan ini untuk kejelasan lebih lanjut mengenai jalur suku bunga Federal Reserve (The Fed) setelah poros dovish di minggu lalu.

Senin (18/12) pukul 08.15 WIB, harga emas spot sedikit berubah pada US$ 2.019,49 per ons troi. Sedangkan, harga emas berjangka turun 0,1% menjadi US$ 2.033,20 per ons troi.

Sentimen bagi emas datang dari The Fed yang mempertahankan suku bunga stabil pada minggu lalu.


The Fed juga memberi isyarat bahwa pengetatan kebijakan moneter yang bersejarah yang direkayasa selama dua tahun terakhir telah berakhir dan biaya pinjaman yang lebih rendah akan terjadi pada tahun 2024.

Namun, Presiden The Fed New York John Williams menolak ekspektasi pasar yang melonjak terhadap penurunan suku bunga, dan mengatakan bahwa "kita tidak benar-benar membicarakan penurunan suku bunga saat ini" di The Fed dan terlalu dini untuk berspekulasi mengenai hal tersebut.

Pasar kini memperkirakan kemungkinan 70% penurunan suku bunga The Fed pada bulan Maret, menurut alat CME FedWatch. Suku bunga yang lebih rendah cenderung mendukung emas batangan yang tidak berbunga.

Bank of Japan mengadakan pertemuan kebijakan pada hari Selasa di tengah banyaknya perbincangan mengenai bagaimana dan kapan bank tersebut akan beralih dari suku bunga negatif.

Pasar sedang menunggu serangkaian data ekonomi AS minggu ini, termasuk laporan indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) inti bulan November pada hari Jumat.

Analis memperkirakan PCE inti naik 0,2% bulan lalu, dengan tingkat inflasi tahunan melambat ke level terendah sejak pertengahan tahun 2021 sebesar 3,4%.

Data pada hari Jumat menunjukkan aktivitas bisnis AS meningkat pada bulan Desember di tengah meningkatnya pesanan dan permintaan pekerja, yang selanjutnya dapat membantu menghilangkan kekhawatiran akan perlambatan tajam pertumbuhan ekonomi pada kuartal keempat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari