KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas terus menunjukkan performa impresif sepanjang 2025, namun sejumlah indikator momentum kini mengisyaratkan potensi kejenuhan. Logam mulia tersebut saat ini bergerak mendekati level US$4.000 per ounce, terdorong oleh minat investor terhadap aset aman (safe haven) di tengah ketidakpastian ekonomi global. Per perdagangan terakhir, harga emas tercatat di US$3.886 per ounce, mencatatkan kenaikan hampir 50% sepanjang tahun 2025.
Momentum Overbought Seperti Tahun 2020 dan Awal 2025
Divergensi Antara Pasar Saham dan Emas
Menariknya, indeks volatilitas 60 hari S&P 500 tetap relatif tenang, menunjukkan tingkat ketenangan di pasar saham meskipun harga emas mengalami lonjakan tajam. Secara historis, perbedaan antara pasar ekuitas yang tenang dan harga emas yang “overheated” kerap menjadi sinyal titik balik penting (inflection point) dalam siklus harga. McGlone memperkirakan bahwa jika sejarah berulang, reli emas kali ini mungkin telah memasuki fase akhir yang terlalu panas (overheated phase), dan pasar berpotensi mengalami pullback setelah kenaikan luar biasa selama beberapa tahun terakhir.Wall Street Masih Yakin Emas Punya Potensi Naik Lagi
Meski indikator teknikal menunjukkan tanda-tanda kejenuhan, sejumlah analis di Wall Street tetap optimistis terhadap prospek emas. Goldman Sachs memproyeksikan harga emas akan melampaui target US$4.000 per ounce pada pertengahan 2026, seiring meningkatnya risiko di pasar global. Bank investasi tersebut menyoroti dua pendorong utama:- Permintaan berkelanjutan dari dana ETF dan bank sentral, serta
- Minimnya peran spekulasi dalam reli kali ini.
- Permintaan kuat dari bank sentral,
- Meningkatnya minat sektor swasta, dan
- Peran penting emas sebagai lindung nilai (hedge) terhadap ketidakpastian pasar.