JAKARTA. Pergerakan harga emas cukup bervariasi sepanjang kuartal dua tahun 2015. Sentimen eksternal seperti gagal bayar utang Yunani, spekulasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika alias The Fed, hingga kondisi perekonomian China turut mempengaruhi harga si kuning. Mengutip Bloomberg, Kamis (2/7) pukul 11.46 WIB, harga emas kontrak pengiriman Agustus 2015 di Commodity Exchange mencapai US$ 1.167,30 per ons troi, turun 0,17% ketimbang hari sebelumnya. Dalam sepekan, harga emas terkoreksi 0,38%. Sepanjang paruh pertama tahun Kambing Kayu, si kuning telah menyusut 1,75% (ytd). Pada kuartal pertama tahun 2015, harga emas ditutup di level US$ 1.184,10 per ons troi. Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures menjelaskan, emas sempat menyentuh level tertingginya pada Kamis (22/1) di level US$ 1.302,9 per ons troi. Hal ini disebabkan oleh kenaikan permintaan emas menjelang Imlek. Di saat yang sama, isu krisis utang Yunani mencuat sehingga para investor turut memburu emas sebagai aset safe heaven. Tetapi emas sempat menyentuh level terendah di US$ 1.149,8 per ons troi pada Selasa (17/3). Hal ini tak terlepas dari penguatan indeks dollar AS. Ada dua faktor yang memicu keperkasaan mata uang Negeri Paman Sam kala itu. Pertama, pengumuman Perdana Menteri China, Li Keqiang pada Minggu (15/3) terkait kesiapan mereka mengambil tindakan guna merangsang perekonomian sehingga dapat melawan deflasi. Pemilihan waktu sinyal pelonggaran kebijakan moneter tersebut kurang tepat. Kedua, pernyataan Mario Draghi, Presiden European Central Bank (ECB) terkait rencana Eropa menggelontorkan stimulus sebanyak EUR 1,1 triliun. Aksi tersebut menjadi penegasan bahwa zona Eropa sedang berupaya membenahi diri. Pada kuartal ketiga tahun 2015, Deddy menilai harga emas masih rawan koreksi. Sebab, spekulasi kenaikan suku bunga acuan AS masih mengintai pergerakan harga emas. Bahkan, musim pernikahan India di penghujung tahun yang berpotensi menopang penguatan emas juga tertahan oleh AS. Memang Negeri Paman Sam berencana mengerek suku bunga jika data-data perekonomiannya kinclong. “Spekulasi naiknya suku bunga AS lebih dominan menemani jalannya harga emas. Kalau nanti ada kenaikan harga emas juga sementara,” jelasnya. Lihat saja data manufaktur AS yakni ISM Manufacturing PMI per Juni 2015 yang mencapai 53,5. Selain melebihi ekspektasi para analis, angka tersebut juga lebih tinggi ketimbang posisi bulan sebelumnya di level 52,8. Di sisi lain, melambatnya perekonomian China sebagai konsumen terbesar komoditas juga belum mampu mendongkrak harga si kuning. Alhasil, harga emas masih berbalut tren bearish. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Harga emas masih rawan koreksi di kuartal III 2015
JAKARTA. Pergerakan harga emas cukup bervariasi sepanjang kuartal dua tahun 2015. Sentimen eksternal seperti gagal bayar utang Yunani, spekulasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika alias The Fed, hingga kondisi perekonomian China turut mempengaruhi harga si kuning. Mengutip Bloomberg, Kamis (2/7) pukul 11.46 WIB, harga emas kontrak pengiriman Agustus 2015 di Commodity Exchange mencapai US$ 1.167,30 per ons troi, turun 0,17% ketimbang hari sebelumnya. Dalam sepekan, harga emas terkoreksi 0,38%. Sepanjang paruh pertama tahun Kambing Kayu, si kuning telah menyusut 1,75% (ytd). Pada kuartal pertama tahun 2015, harga emas ditutup di level US$ 1.184,10 per ons troi. Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures menjelaskan, emas sempat menyentuh level tertingginya pada Kamis (22/1) di level US$ 1.302,9 per ons troi. Hal ini disebabkan oleh kenaikan permintaan emas menjelang Imlek. Di saat yang sama, isu krisis utang Yunani mencuat sehingga para investor turut memburu emas sebagai aset safe heaven. Tetapi emas sempat menyentuh level terendah di US$ 1.149,8 per ons troi pada Selasa (17/3). Hal ini tak terlepas dari penguatan indeks dollar AS. Ada dua faktor yang memicu keperkasaan mata uang Negeri Paman Sam kala itu. Pertama, pengumuman Perdana Menteri China, Li Keqiang pada Minggu (15/3) terkait kesiapan mereka mengambil tindakan guna merangsang perekonomian sehingga dapat melawan deflasi. Pemilihan waktu sinyal pelonggaran kebijakan moneter tersebut kurang tepat. Kedua, pernyataan Mario Draghi, Presiden European Central Bank (ECB) terkait rencana Eropa menggelontorkan stimulus sebanyak EUR 1,1 triliun. Aksi tersebut menjadi penegasan bahwa zona Eropa sedang berupaya membenahi diri. Pada kuartal ketiga tahun 2015, Deddy menilai harga emas masih rawan koreksi. Sebab, spekulasi kenaikan suku bunga acuan AS masih mengintai pergerakan harga emas. Bahkan, musim pernikahan India di penghujung tahun yang berpotensi menopang penguatan emas juga tertahan oleh AS. Memang Negeri Paman Sam berencana mengerek suku bunga jika data-data perekonomiannya kinclong. “Spekulasi naiknya suku bunga AS lebih dominan menemani jalannya harga emas. Kalau nanti ada kenaikan harga emas juga sementara,” jelasnya. Lihat saja data manufaktur AS yakni ISM Manufacturing PMI per Juni 2015 yang mencapai 53,5. Selain melebihi ekspektasi para analis, angka tersebut juga lebih tinggi ketimbang posisi bulan sebelumnya di level 52,8. Di sisi lain, melambatnya perekonomian China sebagai konsumen terbesar komoditas juga belum mampu mendongkrak harga si kuning. Alhasil, harga emas masih berbalut tren bearish. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News