JAKARTA. Harga emas kembali tertekan. Aksi ambil untung (profit taking) serta aksi tunggu para pelaku pasar terhadap rilis data ketenagakerjaan bulanan Amerika Serikat (AS) menjadi beberapa faktor penyebabnya. Harga emas untuk kontrak pengiriman Desember 2013 di bursa Comex, Jumat (26/7), melemah 0,57% menjadi US$ 1.321,90 per ons troi dibanding sehari sebelumnya. Namun dalam sepekan, harga emas menguat sebesar 2,15%. Pekan lalu, klaim pengangguran di AS sampai pekan yang berakhir 20 Juli naik sebanyak 7.000 klaim dibanding periode minggu sebelumnya. Kondisi ini memicu spekulasi pasar bahwa The Fed akan tetap mempertahankan stimulus moneter. Pemimpin The Fed, Ben Bernanke sebelumnya mengatakan, terlalu dini untuk memutuskan apakah stimulus akan dikurangi atau tidak. Pernyataan itu sempat membuat harga emas naik.
Namun setelah itu, pasar kembali mengantisipasi data-data ekonomi AS yang akan terbit di pekan ini dengan mengambil posisi wait and see. Rilis data pengangguran AS di pekan ini, bisa menjadi petunjuk atas kelanjutan stimulus AS. "Pergerakan emas cenderung konsolidasi sambil menunggu hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada Kamis pekan ini," ujar Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures. Menurut dia, kenaikan harga emas yang cukup tajam beberapa hari terakhir memang mendorong harga untuk terkoreksi. Apalagi, posisi harga saat ini masih berada di bawah US$ 1.332 per ons troi. Pada posisi seperti sekarang, harga emas masih rapuh dan rentan koreksi. "Jika harga tidak bisa bertahan di atas area US$ 1.300 per ons troi, maka harga emas bisa terkoreksi ke level support US$ 1.265-US$ 1.270 per ons troi," ujar Jim Pogoda, trading cosultan Gold Bullion International seperti dikutip Bloomberg. Namun, Standard Chartereed Bank Ltd. menghitung, pembelian emas fisik dalam dua pekan terakhir cenderung berkurang, seiring penguatan harga emas belakangan ini. Menguat terbatas Nizar Hilmy, analis SoeGee Futures menambahkan, peralihan investasi pelaku pasar dari emas ke instrumen yang lebih berisiko masih menjadi pemberat kenaikan harga emas. Tanda-tanda pemulihan ekonomi AS dalam beberapa waktu terakhir ini, membuat pelaku pasar memilih untuk menempatkan dananya pada instrumen lain yang lebih menguntungkan seperti di bursa saham.
Zulfirman memperkirakan, tekanan terhadap harga emas kemungkinan akan berlangsung dalam waktu lama. Meski akan ada penguatan, sifatnya cuma terbatas. Secara teknikal, Nizar memperkirakan, sepekan ke depan emas masih akan menguat terbatas. Posisi harga saat ini sudah menembus moving average (MA) 50. Namun, penguatan tersebut dibatasi pergerakan indikator stochastic 14 hari yang sudah berada di area jenuh beli (overbought) yang bergerak turun dari level 90 ke 86. Indikator relative strength index (RSI) 14 hari bergerak datar di level 57 memberi sinyal bahwa harga emas akan cenderung bergerak datar. Indikator moving average convergence divergence (MACD) berada di area netral, juga menunjukkan bahwa harga emas akan cenderung bergerak mendatar. Nizar menduga, dalam sepekan ke depan, harga emas akan menguat di kisaran support US$ 1.300 dan resistance US$ 1.375 per ons troi. Sementara itu, Ariston memperkirakan, harga emas sepekan ke depan akan terkoreksi di rentang harga US$ 1.270- 1.360 per ons troi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini