Harga emas melambung, Hartadinata (HRTA) kejar target pendapatan Rp 4 triliun di 2020



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) optimistis mampu mencapai target pendapatan sebesar Rp 4 triliun hingga akhir tahun ini. Nilai tersebut naik 23,46% ketimbang tahun 2019 yang sebesar Rp 3,24 triliun.

Chief Financial Officer (CFO) PT Hartadinata Abadi Tbk Denny Ong mengungkapkan, hingga saat ini tren penjualan emas masih cukup baik. Ia mengklaim penjualan selama Juli hingga September dalam tren naik.

"Sebenarnya penjualan secara kuantitas turun ketimbang tahun lalu sekitar 17%, namun secara harga kan naik tinggi lebih dari 17%," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Senin (14/9).


Dengan kenaikan harga emas, ia percaya HRTA mampu mencapai target pendapatan sebesar Rp 4 triliun. 

Baca Juga: Hartadinata Abadi (HRTA) Berharap Memiliki 65 Gerai Emas Sampai Akhir Tahun 2020

Dari segi permintaan konsumen, Denny menjelaskan, permintaan terhadap produk Logam Mulia (LM) naik tajam.

Sementara permintaan terhadap perhiasan emas masih terbilang stagnan dari periode tahun lalu. Hanya saja, sambungnya, penjualan perhiasan emas pada kuartal III 2020 lebih baik ketimbang kuartal II 2020 yang sempat turun.

Sebagai informasi, banyaknya konsumen yang memburu emas terutama produk logam mulai sebagai investasi paling aman di tengah pandemi membuat komposisi pendapatan HRTA mengalami perubahan.

Ia mengungkapkan, pada tahun lalu penjualan LM tak berkontribusi banyak untuk total pendapatan Hartadinata Abadi, yakni kurang dari 5%. Dengan melesatnya permintaan akan LM pada tahun ini, Denny memprediksi penjualan dari LM bisa menyumbang sebesar 30% dari total pendapatan HRTA.

Asal tahu saja, emiten ini menyediakan produk Logam Mulia dengan berbagai ukuran mulai 0,1 gram, 0,25 gram, 0,50 gram, 5 gram, 10 gram, hingga produk logam mulia dalam ukuran yang lebih besar sampai dengan 500 gram. Ia melanjutkan, upaya ini dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar yang beragam.

Sepanjang semester I 2020, HRTA memperoleh pendapatan Rp 1,96 triliun, naik 10,73% dari Rp 1,77 triliun periode sama tahun lalu. Meski demikian, HRTA mengantongi laba bersih Rp 78,87 miliar, turun dari Rp 86,37 miliar pada semester I 2019.

Sebelumnya, manajemen HRTA memaparkan pertumbuhan pendapatan pada semester I 2020 terkerek oleh kontribusi penjualan logam mulia yang dinilai mampu menopang kinerja pendapatan perseroan meski dilakukan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Tahun ini, HRTA memproyeksi penurunan laba bersih akan berlanjut sampai akhir 2020 mendatang. Hal ini diperkirakan lantaran margin yang diperoleh dari penjualan Logam Mulia, tidak sebesar penjualan perhiasan.

Selanjutnya: Emas digital bisa jadi pilihan berinvestasi dengan harga terjangkau

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi