Harga Emas Melanjutkan Kenaikan ke Level Tertinggi 8 Bulan Terakhir



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas memperpanjang kenaikannya ke level tertinggi delapan bulan karena nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) yang lebih lemah membuat emas batangan lebih murah bagi pemegang mata uang lain. Sementara investor bertaruh pada laju kenaikan suku bunga yang kurang agresif dari Federal Reserve tahun ini.

Senin (9/1) pukul 13.57 WIB, harga emas spot naik 0,7% ke US$ 1.878,06 per ons troi. Ini adalah level tertinggi harga emas sejak 9 Mei 2022. Harga emas berjangka AS juga naik 0,7% menjadi US$ 1.881,90 per ns troi. Indeks dolar tergelincir 0,3%.

"Data AS yang lebih lemah pada hari Jumat meningkatkan daya tarik emas. Data menunjukkan bahwa pengetatan kumulatif Fed pada tahun 2022 mulai berdampak pada ekonomi dan bahwa Fed dapat memperlambat laju pengetatan," kata ahli strategi OCBC FX Christopher Wong kepada Reuters.


Baca Juga: Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Senin 9 Januari 2023, Cek Daftarnya di Sini

Data Jumat menunjukkan moderasi kenaikan upah AS dan kontraksi aktivitas industri jasa Desember. Kedua data mengangkat harga emas hampir 2%.

Pedagang sekarang akan beralih ke pidato Gubernur Fed Jerome Powell pada konferensi bank sentral di Stockholm pada hari Selasa. Investor juga akan mengamati indeks harga konsumen AS yang akan dirilis minggu ini untuk petunjuk lebih lanjut tentang laju kenaikan suku bunga.

"Data IHK minggu ini akan menjadi kunci. Perlambatan lain dalam tekanan harga dapat meningkatkan minat terhadap emas sementara dolar tetap di bawah tekanan. Namun, kenaikan IHK yang tidak terduga dapat melemahkan sentimen," tambah Wong.

Baca Juga: Pilih Bitcoin atau Emas? Perdebatan Kembali Memanas

Suku bunga yang lebih tinggi meredupkan daya pikat emas sebagai lindung nilai inflasi dan meningkatkan biaya peluang untuk memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil. Yang juga menjadi fokus adalah keputusan China untuk membuka kembali perbatasan. China adalah pembeli utama emas.

"Permintaan industri bisa eksponensial dalam jangka pendek karena pabrikan besar kembali beroperasi," kata Clifford Bennett, kepala ekonom di ACY Securities.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati