Harga emas melompat lebih 1%, klaim pengangguran AS mengangkat permintaan safe haven



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas mengkilap lebih dari 1% pada perdagangan Kamis (2/4). Rekor tinggi klaim pengangguran Amerika Serikat (AS) untuk minggu kedua berturut-turut mengintensifkan kekhawatiran kerusakan ekonomi akibat virus corona. Kian mendorong investor untuk memilih aset safe-haven.

Mengutip Bloomberg pukul 22.29 WIB, emas spot melonjak 1,13% ke level US$ 1.600,43 per ons troi. Sementara, emas berjangka pengiriman Juni 2020 ke level US$ 1.629,80 per ons troi atau naik 2,38%

Baca Juga: Instrumen investasi saham paling jeblok pada kuartal I-2020, seperti apa prospeknya?


"Kenyataan bahwa (angka klaim pengangguran) ditetapkan bersama dengan ekuitas mulai berubah lebih rendah, Anda mendapatkan beberapa putaran baru pembelian safe-haven di emas," kata Bob Haberkorn, senior analis di RJO Futures.

Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat, Kamis (2/4) melaporkan jumlah orang Amerika Serikat (AS) yang mengajukan klaim pekan lalu atas tunjangan pengangguran melonjak ke rekor baru yakni sebanyak  6,65 juta.

Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan, kenaikan klaim tunjangan atau asuransi pengangguran terpicu dampak pandemi corona (covid-19). Ini merupakan imbas dari  pasar tenaga kerja AS yang kian suram.

Lonjakan kenaikan ini terbilang luar biasa, mengingat klaim tunjangan penggangguran AS minggu sebelumnya sebanyak 3,28 juta.

Baca Juga: Harga emas tak begitu moncer di kuartal I 2020, bagaimana prospeknya pada akhir tahun

Sebelumnya, Goldman Sachs  dalam laporan ke kliennya telah merevisi estimasi atas  klaim pengangguran AS menjadi 6 juta orang. Goldman bahkan  memperkirakan klaim pengangguran akan tetap sangat tinggi dalam beberapa minggu mendatang.

Pandemi corona telah menginfeksi lebih dari 935.000 orang di seluruh dunia dan menewaskan 46.906, dan memaksa negara-negara melakukan pembatasan dan isolasi.

"Kami berpikir bahwa emas kemungkinan akan terus memainkan peran penting dalam alokasi investor selama beberapa bulan ke depan mengingat semua turbulensi. Namun, volatilitas akan tetap cukup tinggi," kata Edward Meir, analis di ED&F Man Capital Markets dalam sebuah catatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto