Harga Emas Mendekati Titik Jenuh Beli, Penurunan Diproyeksi Lebih Lanjut



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas menunjukkan pergerakan yang cenderung menurun. Berdasarkan Trading Economis, harga emas melemah 0,72% ke level US$ 2.423 per ons troi pada Jumat (19/7) pukul 12.00 WIB. 

Analis Dupoin Indonesia, Andrew Fischer menilai bahwa penurunan ini diperkirakan berada di kisaran harga US$ 2.420 - US$ 2.421 per troy ons.

Menurut dia, beberapa faktor utama yang mendasari prediksi ini adalah dampak kenaikan harga emas sebelumnya yang cukup tinggi, sehingga kini telah mencapai titik jenuh beli, dan menyebabkan harga cenderung untuk mengalami koreksi ke bawah.


Dalam analisis teknikal, Fischer melihat adanya sinyal bearish yang konsisten, mendukung prediksi penurunan harga emas. Pola candlestick yang terbentuk mengindikasikan adanya tekanan jual yang signifikan, sementara analisa trendline menunjukkan garis resistensi yang kuat, yang sulit ditembus oleh harga emas saat ini.

Baca Juga: Harga Emas Antam Hari Ini Turun Rp 8.000 ke Rp 1.419.000 Per Gram, Jumat (19/7)

Selain itu, dia mengatakan meskipun prediksi penurunan harga emas kuat, ada beberapa faktor lain yang perlu diperhatikan. 

Fischer menuturkan, harga emas spot sebelumnya naik tipis mendekati US$ 2.470 per ons troi pada Kamis (18/7) mendekati rekor tertinggi. Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya optimisme bahwa Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga pada bulan September.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa suku bunga yang lebih rendah cenderung membuat aset-aset non-yielding seperti emas menjadi lebih menarik bagi para investor. 

“Hal ini sejalan dengan pernyataan beberapa pejabat The Fed yang menunjukkan peningkatan kepercayaan diri bahwa laju kenaikan harga sekarang lebih konsisten dengan tujuan kebijakan moneter mereka,” kata Fischer dalam riset hariannya, Jumat (19/7). 

Pada hari Rabu (17/7), Gubernur The Fed Christopher Waller mengatakan bahwa bank sentral AS 'semakin dekat' dengan penurunan suku bunga. Sementara itu, Presiden The Fed Richmond, Thomas Barkin, menyatakan bahwa pelonggaran inflasi telah mulai meluas dan dia ingin melihat tren ini berlanjut. 

Menurut FedWatch Tool milik CME Group, pasar saat ini mengindikasikan probabilitas 93,5% untuk pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed bulan September, naik dari 69,7% pada pekan sebelumnya.

Tak hanya itu, Fischer bilang, pemulihan Indeks Dolar AS (DXY) juga menjadi faktor yang dapat membatasi kenaikan harga emas. DXY, yang mengukur nilai Dolar AS terhadap enam mata uang utama lainnya, pulih karena imbal hasil obligasi pemerintah AS yang membaik. 

DXY diperdagangkan di sekitar 103,80, dengan imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 2 tahun dan 10 tahun masing-masing sebesar 4,45% dan 4,17%. 

Baca Juga: Mengapa Investor Muda Tertarik pada Emas? Begini Penjelasannya

“Kondisi ini menciptakan tekanan tambahan pada harga emas, mengingat dolar yang lebih kuat cenderung membuat emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya,” imbuhnya. 

Meskipun ada faktor-faktor yang dapat mendukung kenaikan harga emas, seperti ekspektasi penurunan suku bunga The Fed. Namun, Fischer mengatakan bahwa tekanan jual yang kuat dan kondisi pasar yang jenuh beli menjadi alasan utama mengapa harga emas diprediksi akan menurun dalam waktu dekat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari