KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas pada perdagangan hari Kamis (23/5) mulai bergerak
bullish setelah pekan lalu harga si kuning meredam. Rapat Federal Open Market Committee (FOMC) menjadi sentimen utama pergerakan harga emas. Kamis (20/5) pukul 20.52 WIB, harga emas untuk pengiriman Juni 2019 di Commodity Exchange berada di US$ 1.280,20 per ons troi, naik 0,47% jika dibandingkan dengan harga penutupan kemarin. Dalam sepekan, harga emas telah melemah 0,47% atau seharga US$ 1.286,20 per ons troi pada Kamis (16/5). Analis Monex Investindo, Ahmad Yudiawan mengatakan, harga emas sedikit berubah pada hari Kamis di sesi Asia mengikuti rilis risalah dari pertemuan kebijakan moneter Federal Reserve bulan lalu. The Fed mengatakan mereka akan menggunakan pendekatan yang sabar menentukan kebijakan selanjutnya.
Mengingat perkembangan ekonomi dan keuangan global serta tekanan inflasi yang diredam, FOMC sepakat bahwa pendekatan yang sabar untuk menentukan penyesuaian suku bunga sudah tepat. Oleh karenanya, Ahmad mengatakan, sinyal sabar The Fed menjadi penyulut kenaikan harga emas. Di sisi lain, Analis Rifan Financindo Berjangka, Puja Purbaya Sakti mengatakan, harga emas sebetulnya cenderung
flat di level terendah selama dua pekan terakhir setelah rilis notulen FOMC. Sebagian investor yang menyingkir dari pasar sembari menunggu tambahan informasi mengenai kebijakan The Fed dari rilis notulen. “Sebagian lainnya, lebih memilih untuk membeli dollar AS sebagai
safe-haven setelah perkembangan terbaru dari kasus Huawei,” kata Sakti kepada Kontan.co.id, Kamis (23/5). Lebih lanjut, Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan, pendekatan kebijakan moneter ini dapat berlanjut untuk beberapa waktu di tengah kekhawatiran laju inflasi yang lamban. Meskipun ada kekhawatiran atas laju inflasi yang hanya 1,6%, The Fed memperkirakan inflasi inti akan naik dalam waktu dekat, tetapi tetap di bawah target 2% dalam jangka menengah. Kata Sakti, investor saat ini fokus pada perang perdagangan China-AS. Para analis mencatat bahwa dollar AS menjadi pilihan di tengah konflik perdagangan dan dapat memberikan tekanan pada harga emas. Ketegangan perdagangan antara kedua belah pihak semakin meningkat minggu ini setelah AS mengumumkan sanksi baru pada raksasa telekomunikasi China Huawei. Laporan pada hari Kamis (23/5) mengatakan bahwa Washington mendesak Korea Selatan untuk melarang produk-produk Huawei dengan alasan keamanan. Rencana untuk mendaftarhitamkan perusahaan-perusahaan teknologi China, sebenarnya bukanlah isu baru di meja perundingan perdagangan AS-China. Bahkan, sudah ada pula wacana sanksi ekonomi pada Huawei. Namun, begitu hasil negosiasi tidak sesuai dengan ekspektasi AS, wacana tersebut diutarakan oleh Trump sebagai bentuk ketidakpuasan AS. “Nampaknya pengaruh perang dagang antara AS-China ini masih membebani harga emas untuk bisa kembali menguat pada perdagangan selanjutnya,” kata Sakti. Dia menambahkan, saat ini para investor lebih cenderung memilih dollar AS sebagai
safe-haven ketimbang logam mulia emas. “Secara umum emas berpotensi untuk kembali lanjutkan
gain terbatas,” tutur Sakti. Makanya dia merekomendasi
buy untuk emas selama harga di atas US$ 1.285,00 per ons troi.
Sebab secara analisa teknikal, Sakti mengamati indikator
exponential moving average (EMA) dengan kondisi mengecil yang menunjukkan arah harga berpotensi kembali menguat. Selanjutnya pada indikator
relative strengh index (RSI) berada di area 43 yang menunjukkan arah harga naik. Indikator
Commodity Channel Index (CCI) berada di area 71 yang menunjukkan arah harga berpotensi turun. Sakti meramal harga emas akan berada di level
support antara US$ 1,271,40 - US$ 1,269,20 - US$ 1,264,00 per ons troi. Sementara level
resistance antara US$ 1,276,60 - US$ 1,279,60 - US$ 1,284,80 per ons troi. Adapun Ahmad meramal harga emas global bakal diperdagangkan di level
support US$ 1.260-US$ 1.265 per ons troi. Sementara level
resistance di kisaran US$ 1.280-US$ 1.285 per ons troi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati