Harga Emas Menguat Terbatas, Ini Prediksi Hingga Akhir Tahun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas hari ini menguat ke level tertinggi dalam dua pekan terakhir. Kenaikan harga emas dipicu oleh data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lemah baru-baru ini, sehingga meningkatkan ekspektasi pasar terhadap pemotongan suku bunga dari Federal Reserve akhir tahun 2024. 

Research and Development ICDX Rivanda Alwan mengatakan, harga emas terpantau bergerak stagnan sejak awal pekanakibat kurangnya pendorong fundamental untuk pergerakan lebih lanjut. Namun, kemarin harga emas kembali naik karena mendapatkan sedikit dorongan dari data penjualan ritel AS yang kurang memuaskan. 

Penjualan ritel AS naik hanya sebesar 0,1% pada bulan Mei 2024, dengan angka bulan sebelumnya direvisi secara signifikan lebih rendah menjadi -0,2%. Penyesuaian ini menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi tetap lesu pada kuartal kedua. 


Data lain menunjukkan bahwa produksi industri membaik pada bulan Mei, diikuti oleh revisi turun pada bulan April. Hal tersebut menghidupkan kembali ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve (Fed) AS pada akhir tahun ini yang mana berpotensi memberikan dapat positif bagi harga emas. 

Baca Juga: Sebulan Minus 0,59 %, Harga Emas Hari Ini Naik (20 Juni 2024)

Selain itu, Rivanda mengatakan sentimen lainnya yang membuat harga emas kembali menguat yaitu, karena ketegangan geopolitik masih berlangsung di Timur Tengah, dan ketidakpastian politik yang baru pada zona Eropa memberikan dukungan tambahan bagi logam mulia yang merupakan aset tanpa imbal hasil atau safe haven

Secara keseluruhan, dia menjelaskan bahwa tren penurunan harga emas kemungkinan masih akan berlanjut. Potensi penguatan dolar AS yang didorong oleh inflasi yang tinggi menjadi faktor utama yang menekan harga emas. 

“Namun, kekhawatiran politik di Zona Euro mungkin memberikan sedikit dukungan bagi harga emas, mencegah penurunan yang lebih dalam lagi ke dalamnya,” kata Rivanda kepada Kontan.co.id, Kamis (20/6). 

Sementara itu, Analis Pasar Mata Uang, Lukman Leong mengatakan, sentimen yang selama ini yang membebani harga emas adalah prospek suku bunga the Fed, namun ini hanya masalah waktu. Pasalnya, menurut dia, cepat atau lambat the Fed akhirnya akan memangkas suku bunga. 

Baca Juga: BI Tahan Suku Bunga, Saham Bank Big Cap Kompak Menghijau

“Walau pejabat-pejabat the Fed bersikap hawkish akhir-akhir ini, namun tidak tercermin dari ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh the Fed yang justru naik menjadi dua kali pemangkasan, masing-masing sebesar 25 bps dari sebelumnya sekali,” kata Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (20/6). 

Lukman juga menuturkan, sentimen lainnya yang perlu dicermati adalah situasi seputar perang di Timur Tengah dan Ukraina.

Di sisi lain, dia mengatakan bahwa, walaupun China tidak menambahkan kepemilikan emas pada bulan Mei, namun bank-bank sentral masih akan terus menambahkan cadangan emas mereka. 

“Menurut saya saat ini harga emas sudah terkoreksi cukup besar, sempat mencapai kisaran US$ 2.300 per ons troi, untuk harga sekarang US$ 2.340 per ons troi pun masih sangat menarik,” imbuhnya. 

Baca Juga: Harga Emas Antam Naik ke Rp 1.355.000, Simak Prospeknya Hingga Akhir Tahun

Dengan begitu, Lukman menilai bahwa saat ini cukup ideal untuk kembali membeli atau berinvestasi di emas. Meski potensi koreksi selalu ada, namun level US$ 2.300 per ons troi akan cukup kuat bertahan dan merupakan level untuk kembali masuk berikutnya.

Lukman pun memperkirakan harga emas dunia akan turun dan berada di kisaran US$ 2.350 per ons troi pada akhir tahun 2024. Hal ini karena diprediksi adanya penurunan suku bunga dari bank-bank sentral.

Sedangkan, Rivanda memproyeksi harga emas dunia akan berada di kisaran US$ 2.400 per ons troi-US$ 2.500 per ons troi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati