Harga emas menguji kekuatan di tengah isu geopolitik Suriah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pendakian emas menembus level harga resisten tertingginya terhenti hari ini. Optimisme Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) terhadap perekonomian dan rencana percepatan kenaikan suku bunga acuan menjegal laju emas yang sempat reli sejak akhir pekan lalu. Namun, emas masih berpeluang menguat lagi di tengah kondisi geopolitik yang bergejolak.

Analis PT Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar menyampaikan, harga emas memang masih sulit membuat level harga baru. Sejak Februari, penguatan harga emas selalu tertahan di level US$ 1.360-US$ 1.365 per ons troi.

Namun bukan tak ada peluang harga emas akan menembus level resisten tertingginya di level US$ 1.365 per ons troi dalam waktu dekat. Konflik geopolitik di Suriah yang melibatkan AS dan Rusia berpeluang membawa investor kembali pada aset lindung nilai.


"Pergerakannya memang masih dalam area konsolidasi, tapi ketidakpastian situasi global juga masih kuat sehingga emas berpotensi menguat," ujar Deddy, Kamis (12/4).

Analis Monex Investindo Ahmad Yudiawan juga berpendapat kenaikan harga emas ke level US$ 1.365 sangat terbuka selama isu geopolitik membayangi pasar. Namun, setidaknya penguatan itu belum akan terlihat hingga akhir pekan ini.

Pasalnya, Analis Finex Berjangka Nanang Wahyudi juga memandang, harga emas masih harus menguji posisi teknikal tertentu untuk membuka level harga baru. Nanang mengatakan, emas baru berpotensi reli lagi jika harga mendaki melampaui US$ 1.355 dalam pekan ini.

"Sentimen dari hasil notulensi The Fed yang optimistis sepertinya masih akan menahan harga emas. Koreksi terbatas sewajarnya terjadi sampai besok," imbuh Nanang.

Mengutip Bloomberg, Kamis (12/4) pukul 18.15 WIB, harga emas kontrak pengiriman Juni 2018 di Commodity Exchange turun 0,79% ke level US$ 1.349,3 per ons troi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi