Harga Emas Merosot Imbas Narasi Suku Bunga AS Kembali Menggema



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas kian merosot ke level terendah dalam lima bulan terakhir. Logam mulia terkikis narasi suku bunga tinggi Amerika Serikat (AS) akan bertahan dalam jangka waktu yang lama. 

Pada Jumat (18/8), harga emas spot turun menjadi US$ 1.889,31 per ons troi dari harga sebelumnya di US$ 1.889,43 per ons troi. Penurunan tipis harga emas di akhir pekan menjadi penurunan untuk minggu keempat berturut-turut.

Team Research and Development ICDX mengamati, emas terpukul usai data inflasi AS mengalami peningkatan pertama kalinya dalam 13 bulan, sehingga memicu ekspektasi kebijakan yang lebih ketat bank sentral AS.


Indeks harga konsumen (CPI) AS menunjukkan peningkatan moderat di bulan Juli sebesar 3,2% secara tahunan, setelah meningkat dengan kecepatan 3,0% pada bulan sebelumnya, meski angka tersebut lebih rendah dari proyeksi 3,3%. 

Baca Juga: Penguatan Dolar dan Imbal Hasil Obligasi AS Meredupkan Kilau Emas

CPI AS yang lebih tinggi diikuti oleh data indeks harga produsen (PPI) Amerika Serikat. PPI AS secara bulanan naik sebesar 0,3% di bulan Juli, lebih tinggi dari data bulan Juni yang flat 0,1%. PPI AS bulan Juli yang tumbuh sebesar 0,3% juga lebih tinggi dari konsensus pasar di 0,2%.

Di sisi lain, China sebagai konsumen utama emas melaporkan data yang menunjukkan perekonomian tergelincir ke dalam situasi deflasi di tengah upaya untuk menghidupkan kembali permintaan. Indeks harga konsumen (CPI) China turun 0,3% secara tahunan di bulan Juli.

Data CPI tersebut muncul sehari setelah angka perdagangan ekspor dan impor China merosot lebih cepat dari perkiraan karena permintaan melemah yang memicu kecemasan bahwa China memasuki era pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat.

Impor China dilaporkan mengalami kontraksi 12,4% dari 6,8% laporan bulan sebelumnya, sementara ekspor turun 14.5% dari 12.4% data sebelumnya.

Laporan produksi industri dan penjualan ritel China juga menunjukkan pertumbuhan yang melemah. China Industrial Production (YoY) tumbuh sebesar 3,4%, lebih rendah dari data sebelumnya dan ekspektasi di kisaran 3,8%. Sedangkan, penjualan ritel China melambat untuk laporan bulan Juli menjadi sebesar 2,5% setelah tumbuh dengan kecepatan 3,1% di bulan Juni.

ICDX menilai, kebijakan terkait suku bunga AS masih akan menjadi faktor penggerak harga emas kedepannya. Pelaku pasar menantikan pertemuan kebijakan FOMC yang dijadwalkan September mendatang, serta turut memperhatikan data-data ekonomi yang menunjukkan situasi ekonomi AS di tengah tingkat suku bunga yang tinggi.

Risalah pertemuan Fed bulan Juli menunjukkan bahwa mereka membiarkan pintu terbuka terkait keberlanjutan kebijakan suku bunga AS. Pejabat The Fed teguh dalam komitmen untuk menurunkan inflasi ke target 2%.

Baca Juga: Harga Emas Hari Ini Tak Berubah, Rugi 11,86% Pembeli Sepekan Lalu

Namun peringatan tentang dampak pengetatan moneter yang berkelanjutan menimbulkan opini bahwa pembuat kebijakan turut menilai potensi risiko pada ketenagakerjaan dan pertumbuhan ekonomi. Jika suku bunga naik lebih tinggi dari yang diperlukan.

Secara keseluruhan, risalah menunjukkan pejabat Fed sepakat adanya tingkat ketidakpastian yang tinggi dan keberlanjutan keputusan tingkat suku bunga akan bergantung pada data bulan-bulan mendatang. Hal itu untuk memperkuat indikasi bahwa proses disinflasi terus berlanjut, serta kemungkinan pendekatan yang tidak terlalu agresif pada kebijakan suku bunga.

Menurut ICDX, kebijakan moneter yang lebih ketat dengan suku bunga lebih tinggi melemahkan daya tarik emas. Hingga akhir tahun 2023 ini, harga emas apabila menemui sentimen positif akan berada di zona US$ 2.000 per troi ons. Sebaliknya, apabila menemui sentimen negatif emas akan berada di zona US$ 1.800 per troi ons.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi