Harga emas naik, investor bisa diversifikasi ke reksadana



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Instrumen investasi reksadana bisa jadi pilihan investor di tengah tren kenaikan harga aset saat ini. Adapun dari dana investasi yang ada Direktur Panin Asset Management Rudiyanto merekomendasikan 20% hingga 40% dana ditempatkan di beberapa instrumen reksadana.

"Dari beberapa aset investasi, obligasi masih memiliki peluang, sementara instrumen saham sudah undervalue namun volatilitas tetap ada," ungkap Rudiyanto kepada Kontan.co.id, Kamis (29/7).

Untuk itu, Rudiyanto menilai kenaikan harga emas yang saat ini berhasil tembus Rp 1 juta per gram tidak memberikan dampak signifikan pada pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Bahkan beberapa emiten yang memproduksi emas cenderung memiliki valuasi yang sudah cukup mahal saat ini.


Baca Juga: Harga emas melejit, pilih aset likuid dan aman untuk alternatif

Dalam menyusun portofolio reksadana Rudiyanto menilai kenaikan harga emas tidak memberikan pengaruh signifikan ke emiten-emiten secara umum. Di sisi lain, kontribusi emiten sektor pertambangan terhadap IHSG memiliki bobot yang cenderung minim.

Sementara itu, secara year to date (ytd) IHSG masih minus sekitar 18%, sedangkan beberapa negara seperti Malaysia dan China sudah mencatatkan posisi indeks seperti awal 2020. Untuk itu, IHSG ke depan masih punya peluang untuk mengejar level tersebut, prediksinya hingga akhir tahun IHSG akan berada di kisaran 5.500 hingga 6.000.

"Kami menyarankan investor untuk tetap diversifikasi, dan menurut kami dalam investasi timing-nya bisa dilakukan secara berkala. Strateginya masuk saat pasar turun sekitar 1% dalam sehari," ungkapnya.

Baca Juga: Hati-hati beli emas, simak tips menyusun portofolio berikut

Selanjutnya, Rudiyanto menganjurkan investor untuk mengalokasikan dananya ke dua hingga tiga jenis aset. Antara lain, aset reksadana berbasis saham dan campuran, reksadana berbasis obligasi seperti fixed income dan campuran, atau reksadana berbasis dolar AS dengan komposisi terbanyak di obligasi. "Alokasinya bisa 20%-40% untuk masing-masing jenis reksadana tersebut," jelasnya.

Untuk instrumen seperti emas, Rudiyanto menilai selama stimulus masih berlanjut maka tren harga emas masih akan sulit turun. Sebaliknya, jika stimulus mulai berhenti maka momentum kenaikan harga emas akan hilang.

Baca Juga: Harga emas naik tinggi, investor bisa melirik aset yang lebih murah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati