Harga Emas Naik Saat Dolar AS melemah, Bagaimana Prospeknya ke Depan?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas mencatatkan kenaikan seiring dengan pelemahan dolar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan data tradingeconomics.com, harga emas naik 0,32% ke US$ 2.004,7 per ons troi pada perdagangan Rabu (22/11) per pukul 15.02 WIB atau naik 2,30% dalam sepekan. 

Analis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer mengatakan, pergerakan harga emas juga dipengaruhi kenaikan imbal hasil Treasury AS. Investor pun menunggu dengan cemas risalah pertemuan terakhir Federal Reserve untuk memperoleh isyarat mengenai jalur suku bunga bank sentral.

Risalah pertemuan The Fed yang dirilis pada Rabu (22/11) dini hari tadi memperlihatkan hasil yang datar. The Fed akan mempertahankan narasinya bahwa kebijakan moneter akan bergantung pada inflasi dan akan mempertahankan kenaikan suku bunga selama diperlukan. 


Padahal, data minggu lalu menghidupkan kembali harapan bahwa The Fed dapat mulai melonggarkan kebijakan moneternya lebih cepat dari perkiraan. Pasar tenaga kerja AS melambat dan laporan inflasi konsumen lebih lemah dari perkiraan.

Baca Juga: Harga Emas Spot Capai Level Puncak 2 Minggu karena Dolar AS Loyo, Selasa (21/11)

Fischer menyampaikan, suku bunga yang lebih rendah memberikan tekanan pada dolar AS dan imbal hasil obligasi. Sebaliknya, kondisi tersebut meningkatkan daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil. 

Menurutnya, harga emas sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury menguat, yang tidak menguntungkan emas karena membuatnya sulit dibeli sehingga menurunkan permintaan. 

Emas juga tidak menawarkan imbal hasil. Dengan kata lain, kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.

Sebaliknya, suku bunga yang lebih rendah dapat melemahkan dolar AS dan imbal hasil US Treasury sehingga menurunkan opportunity cost memegang emas. Dalam situasi ini, emas menjadi lebih menarik untuk dikoleksi. 

"Para pelaku pasar emas perlu memantau dengan cermat perkembangan risalah pertemuan The Federal Reserve dan indikator-indikator ekonomi yang dapat memengaruhi kebijakan moneter di masa mendatang," kata Fischer dalam keterangan tertulisnya, Rabu (22/11). 

Namun, Fischer memprediksi harga emas berpotensi menuju kenaikan. Fischer mengemukakan bahwa arah tren saat ini masih mendukung kemungkinan kenaikan harga emas.

Baca Juga: Naik 2% di Pekan Lalu, Harga Emas Diramal Terus Menguat

Hasil analisis ini diukur dengan melihat ketidakresponsifan pergerakan emas jelang rilis berita dari Federal Open Market Committee (FOMC) pada dini hari tadi. Lebih lanjut, rilis data durable goods order dan initial jobless claim kemungkinan akan memberikan tekanan terhadap dolar AS dan berpotensi memperkuat emas.

Meskipun begitu, prediksi ini bersifat spekulatif dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal, termasuk perkembangan global dan kebijakan moneter. Fischer menekankan bahwa pemantauan terhadap berita ekonomi dan peristiwa pasar penting untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang dinamika pergerakan harga emas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi