KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk (
INCO) diyakini masih prospektif seiring dengan stabilnya harga emas dan nikel saat ini. Meski demikian, Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu menilai, dari kedua emiten tersebut, ANTM dinilai lebih banyak diguyur oleh sentimen positif yang berkaitan dengan harga komoditas, salah satunya berita mengenai nikel yang cukup ramai beberapa minggu ini. ”Sehingga, ANTM yang sudah didukung sentimen emas, lebih positif lagi karena didukung berita sentimen dari nikel,” ujar Dessy kepada Kontan.co.id, Jumat (30/10). Emiten dengan nama beken Antam ini dinilai memiliki keunggulan tersendiri karena memiliki dua komoditas yang saat ini sedang dalam fase
uptrend, yaitu emas dan nikel.
Tercatat, lini bisnis penjualan emas ANTM membukukan kinerja yang apik sepanjang kuartal ketiga 2020. Sepanjang periode Juli-September 2020, ANTM menjual 6.967 kilogram (kg) emas atau setara 223.994 oz
(unaudited). Realisasi ini tumbuh 147% dibandingkan dengan penjualan emas pada triwulan kedua 2020 yang hanya 2.818 kg atau 90.600 oz.
Baca Juga: Ini tiga faktor yang mendorong laba Vale Indonesia (INCO) melesat 479 kali lipat Sebelumnya, SVP Corporate Secretary Aneka Tambang Kunto Hendrapawoko menyampaikan bahwa realisasi penjualan emas di kuartal ketiga masih sejalan dengan rencana kerja ANTM yang menargetkan penjualan emas sebesar 18 ton di tahun 2020. Melihat tingginya minat masyarakat terhadap investasi emas saat ini, ANTM optimis dapat memaksimalkan produksi dan penjualan emas di tahun 2020. “Begitupun kami berharap pada tahun depan tren positif ini akan terus berlanjut,” ujar Kunto. Meskipun secara
year-on-year basis, volume penjualan emas ANTM menurun -36,5% (kuartal ketiga 2019 penjualan mencapai 10.971 kg), Dessy menilai performa tahun ini masih cukup baik mengingat adanya kekhawatiran pelemahan permintaan terhadap emas. Naiknya penjualan emas ANTM sebesar 147,2% secara kuartalan dengan total penjualan selama sembilan bulan mencapai 14.882 kg telah mewakili 69% dari proyeksi tahunan yang dipasang oleh Samuel Sekuritas, yakni sebanyak 21.485 kg.
Baca Juga: Di tengah pandemi, laba bersih ANTM naik 30%, INCO melesat 48.000% Sementara untuk INCO, Dessy menilai karena kinerja
low base pada 2019 ditambah harga nikel yang tengah
uptrend, maka kinerja hingga akhir 2020 ini akan tumbuh cukup signifikan. Selain itu, likuiditas INCO yang cukup baik serta proses divestasi yang sudah rampung membuat kepastian perpanjangan izin INCO menjadi lebih jelas.
Samuel Sekuritas Indonesia memproyeksikan, harga nikel untuk akhir tahun 2020 dan 2021 masing-masing akan berada di level US$ 13.000 dan US$ 14.300 per metrik ton (MT). Namun, untuk sentimen harga nikel, Dessy menilai akan lebih mempengaruhi pergerakan harga saham ANTM. Sementara untuk INCO, Dessy menilai harga nikel akan lebih berpengaruh terhadap fundamental dan kinerja keuangan. Untuk diketahui, harga saham kedua emiten ini sudah berada di zona hijau sejak awal tahun. Harga saham INCO menguat 11,25% dan ANTM menguat 25,60% secara
year-to-date. Dessy masih mengalkulasi ulang target harga baru kedua emiten ini. Namun, saham
INCO maupun
ANTM masih berpotensi naik lagi seiring adanya sentimen dari harga nikel.
Baca Juga: Volume produksi Vale Indonesia (INCO) bisa tembus 74.000 ton hingga akhir tahun Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati