Harga emas redup ke US$1.777,87 gara-gara retorika hawkish The Fed



KONTAN.CO.ID - ​JAKARTA. Harga emas turun pada perdagangan Kamis (2/12). Investor bertaruh Federal Reserve AS akan mengurangi pembelian obligasi lebih cepat untuk mengatasi lonjakan inflasi meskipun ada kekhawatiran pemulihan ekonomi di tengah varian baru virus corona Omicron.

Melansir Reuters, harga emas spot turun 0,3% menjadi US$1.777,87 per ons troi pada 0639 GMT. Sedangkan, harga emas berjangka AS turun 0,3% menjadi US$1.778,10.

Dalam kesaksian kongres pada hari Rabu, Ketua Fed Jerome Powell mengatakan bank sentral harus siap untuk menanggapi kemungkinan bahwa inflasi tidak akan surut pada paruh kedua tahun 2022.


Baca Juga: Wall Street rebound dari aksi jual Omicron, Dow Jones naik lebih 600 poin

Powell juga mengatakan The Fed akan mempertimbangkan pengurangan pembelian obligasi yang lebih cepat pada pertemuan dua hari mendatang yang akan dimulai pada 14 Desember.

Emas sering dianggap sebagai lindung nilai inflasi, meskipun pengurangan stimulus dan kenaikan suku bunga mendorong imbal hasil obligasi pemerintah naik, diterjemahkan menjadi biaya peluang yang lebih tinggi untuk memegang emas, yang tidak membayar bunga.

"Pergeseran retorika yang lebih hawkish dari Powell dapat membayangi emas setiap dorongan bullish dari virus Omicron hingga setidaknya laporan non-farm payrolls hari Jumat" kata Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management.

Laporan non-farm payrolls AS dapat mempengaruhi sikap suku bunga The Fed. Laporan ketenagakerjaan Nasional ADP menunjukkan pada hari Rabu penggajian swasta meningkat sebesar 534.000 pekerjaan pada bulan November.

Harga emas spot masih menargetkan US$1.758 per ons troi karena telah menembus jauh di bawah support di US$1.780 dan menembus trendline yang meningkat, menurut analis teknis Reuters Wang Tao.

Baca Juga: Harga emas melemah terseret pernyataan hawkish Jerome Powell

Di tempat lain, harga perak spot naik 0,5% menjadi US$22,42 per ons troi dan platinum naik 0,7% menjadi US$940,09.

Harga palladium meningkat 0,5% menjadi US$1.756,46. Tetapi logam tersebut gagal pulih dari aksi jual tajam minggu lalu dan terus diperdagangkan di bawah emas untuk pertama kalinya sejak Agustus 2019.

“Penggunaan industri paladium semakin terbebani karena kami tidak mendapatkan permintaan besar dari mobil dan itu memberi semangat spekulatif,” kata Innes dari SPI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto