KONTAN.CO.ID - Harga emas mencapai titik tertinggi sepanjang masa dalam beberapa hari terakhir. Disinyalir, salah satu penyebabnya adalah karena imbal hasil obligasi terus menurun dari puncaknya di bulan Oktober. Melansir
Yahoo Finance, pada Senin (4/12/2023), harga emas di pasar spot mencapai titik tertinggi sepanjang masa dengan menyentuh level US$ 2.135,39 per troy ounce, sebelum akhirnya jatuh dan diperdagangkan di kisaran US$ 2.027 pada siang hari. Data
Yahoo Finance juga menunjukkan, harga emas berjangka juga mencapai level tertinggi intraday di posisi US$ 2.152,30 pada hari Minggu sebelum tenggelam 2% pada hari Senin.
"Saya pikir emas berada di hari-hari awal pasar bullish yang menembus ke level tertinggi baru," kata Mike McGlone, ahli strategi makro senior Bloomberg Intelligence, kepada
Yahoo Finance. Logam mulia dipandang sebagai aset safe-haven selama masa ketidakpastian. Kenaikan harga terjadi di tengah penurunan imbal hasil Treasury 10-tahun karena pasar mengantisipasi Federal Reserve akan menurunkan suku bunga tahun depan.
Baca Juga: Harga Emas Antam dan UBS Hari Ini (5/12) di Pegadaian Naik, Cek Updatenya di Sini Imbal hasil jangka panjang yang lebih rendah biasanya mendorong investor membuang obligasi dan memilih logam mulia. Michele Schneider, mitra dan direktur pendidikan dan penelitian perdagangan di MarketGauge.com, mengatakan kepada Yahoo Finance bulan lalu bahwa dia memperkirakan emas bisa mencapai level US$ 3.000. Dia juga mencatat bahwa emas telah bertahan di hadapan dolar yang stabil dan suku bunga yang lebih tinggi. Namun, tidak semua analis bersikap bullish. “Suku bunga yang lebih rendah, karena harapan investor terhadap penurunan suku bunga The Fed pada tahun 2024, dan melemahnya dolar AS memberikan beberapa dukungan selama delapan minggu terakhir,” jelas Rob Haworth, direktur strategi investasi senior di US Bank Asset Management Group.
Baca Juga: Harga Emas Kembali Menguat, Kapan Waktunya Untuk Masuk? Dia menambahkan, "Pertanyaan kunci bagi investor emas yang bullish adalah apakah tren ini dapat dipertahankan. Perekonomian AS yang masih tumbuh dan sedikit tanda-tanda The Fed akan mempertimbangkan penurunan suku bunga kemungkinan akan mengurangi antusiasme jangka pendek terhadap emas." Pada hari Senin, CEO Opimus Octavio Marenzi memperingatkan investor agar tidak mengejar kenaikan emas dan kelas aset lainnya. “Kesalahan terbesar adalah mengejar pasar dan terlambat satu hari untuk mendapatkan kelas investasi yang sedang naik daun setelah mereka mengalami reli dan lonjakan besar,” kata Marenzi kepada Yahoo Finance Live.
Prediksi harga emas
Melansir
Kontan, Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong menambahkan, harga emas juga didukung oleh sentimen permintaan safe haven oleh bank sentral. Informasi saja, bank sentral telah menjadi salah satu pembeli emas terbesar dalam beberapa tahun terakhir, dengan rekor tertinggi pada paruh pertama tahun 2023. Cadangan emas resmi global meningkat 120% dari kuartal ke kuartal dan merupakan total tertinggi kedua pada kuartal ketiga sejak kelompok industri World Gold Council mulai menerbitkan metrik triwulanan. China merupakan pembeli terbesar, disusul Polandia dan Singapura.
Baca Juga: Harga Emas Capai US$ 2.100 Per Ons Troi, Posisi Tertinggi Sepanjang Masa Lukman pun optimistis reli harga emas akan bersifat jangka panjang, walau harga emas sudah tinggi.
Beriringan dengan kenaikan harga emas, ia memperkirakan juga dapat mengerek naik harga emas Antam. Namun, perlu diperhatikan bahwa harga emas Antam juga dipengaruhi pergerakan rupiah. "Sehingga apabila kenaikan harga emas dunia lebih tinggi dibandingkan penguatan rupiah, maka harga emas Antam diperkirakan akan ikut naik," sebutnya. Lukman menilai, harga emas akan kembali naik paling tidak ke US$ 2.200 - US$ 2.300 tahun depan. Lalu dengan asumsi nilai tukar rupiah di kisaran Rp 15.500 per dolar AS, harga emas Antam akan berkisar di Rp 1.225.000 - RP 1.280.000. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie