JAKARTA. Setelah sebelumnya menyentuh level terendah sejak tahun 2010, akhir pekan lalu, harga emas melompat. Penopangnya adalah penambahan tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang di bawah ekspektasi pasar. Mengutip Bloomberg, Jumat (7/11), kontrak pengiriman emas bulan Desember 2014 di Commodity Exchange berada di level US$ 1.169,80 per ons troi atau naik 2,4% dari hari sebelumnya. Ini merupakan kenaikan terbesar sejak 19 Juni 2014. Tapi, harga emas masih turun 0,15% dibanding harga penutupan pekan sebelumnya. Sementara, harga logam mulia PT Aneka Tambang Tbk (Antam) tak bergerak tajam. Logam mulia Antam pada Jumat (7/11) tak bergerak dari hari-hari sebelumnya di harga Rp 522.000 per gram. Harga hanya turun Rp 1.000 dalam sepekan terakhir.
Rebound harga emas didukung pelemahan mata uang dollar Amerika Serikat (AS). Akhir pekan lalu, dollar mencatkan penurunan terbesar dalam tiga pekan terhadap 10 mata uang utama. Departemen Tenaga Kerja AS mencatat, penambahan tenaga kerja AS bulan Oktober sebanyak 214.000 pekerja atau lebih rendah dari ekspektasi 235.000 pekerja. Akibatnya, dollar turun 0,7% terhadap mata uang lain. Maklum, data ini memunculkan spekulasi Bank Sentral AS (The Federal Reserve) bakal mempertahankan suku bunga rendah. Suluh Adil Wicaksono, analis PT Millenium Penata Futures menilai, meskipun tingkat pengangguran turun menjadi 5,8%, data tenaga kerja non pertanian (nonfarm payrolls) dan upah rata-rata per jam AS tidak sesuai ekspektasi. Pertumbuhan upah rata-rata per jam selama bulan Oktober hanya sebesar 0,1% atau lebih rendah dari ekspektasi 0,2%. "Namun, meski rebound, harga emas masih berpotensi terkoreksi hingga akhir tahun," ungkap Suluh. Daru Wibisono, Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, juga menilai, pergerakan harga emas masih rawan. Kenaikan yang terjadi akhir pekan lalu lebih karena aksi beli di harga murah (bargain hunting).