KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga emas turun tipis menyusul sedikit pemulihan dolar Amerika Serikat (AS), meskipun kerugian dibatasi oleh optimisme investor terhadap pemotongan suku bunga AS yang akan segera terjadi dan kekhawatiran yang masih ada tentang krisis Timur Tengah.

Selasa (27/8) pukul 10.15 WIB, harga emas spot turun 0,4% menjadi US$ 2.507,96 per ons troi. Harga telah naik lebih dari 21,5% tahun ini, mencapai rekor tertinggi di US$ 2.531,60 pada 20 Agustus silam.

Sejalan, harga emas berjangka untuk kontrak pengiriman Oktober 2024 turun 0,5% menjadi US$ 2.543,20 per ons troi.

Indeks dolar naik tipis terhadap mata uang lainnya, membuat emas kurang menarik bagi pemegang mata uang lainnya.

Pemangkasan suku bunga AS pada bulan September telah ditetapkan, tetapi perdebatan seputar besarnya pemotongan tersebut dapat memicu mode tunggu dan lihat karena investor menantikan data ekonomi mendatang untuk menguatkan pandangan mereka, kata ahli strategi pasar IG Yeap Jun Rong.

Baca Juga: Harga Emas Antam Logam Mulia Tetap Berada di Level Rp 1.420.000 Per Gram Hari Ini

Menurut alat CME FedWatch, para investor melihat peluang 70% untuk pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) dan sekitar 30% kemungkinan penurunan yang lebih besar sebesar 50 bp.

Suku bunga rendah cenderung meningkatkan daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.

Presiden Federal Reserve San Francisco Mary Daly mengatakan pemotongan biaya pinjaman seperempat poin persentase bulan depan kemungkinan besar akan terjadi.

"Kami memperkirakan tren kenaikan harga emas akan terus berlanjut, mengingat kinerjanya yang positif dalam siklus pelonggaran suku bunga Fed sebelumnya, permintaan bank sentral yang sehat, dan statusnya sebagai lindung nilai yang baik terhadap risiko geopolitik dan ekonomi," kata Yeap.

Warga kota-kota Lebanon hanya merasakan kelegaan sebagian pada hari Senin bahwa salah satu baku tembak terbesar antara kelompok bersenjata Hizbullah dan militer Israel pada hari sebelumnya telah berakhir, yang disebabkan oleh ketegangan yang tak henti-hentinya selama 10 bulan konflik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari