MELBOURNE. Harga emas ditransaksikan naik seiring kecemasan investor mengenai krisis utang Eropa. Rupanya, langkah Moody's Investor Service yang memangkas outlook peringkat utang Jerman, Belanda, dan Luxembourg menjadi negatif, mendongkrak tingkat permintaan emas sebagai haven.Data Bloomberg menunjukkan, pada pukul 14.09 waktu Singapura, harga kontrak emas untuk pengantaran cepat naik 0,2% menjadi US$ 1.579,73 per troy ounce. Sedangkan harga kontrak emas untuk pengantaran Agustus turun sebesar 0,2% menjadi US$ 1.573,70 per troy ounce di Comex, New York. Memang, sejumlah sentimen negatif mewarnai pergerakan pasar finansial pada hari ini (24/7). Sebut saja, meningkatnya risiko Yunani untuk hengkang dari kawasan Eropa, meningkatnya dukungan kolektif untuk sejumlah negara seperti Spanyol dan Italia, serta pelemahan euro ke level terendah dalam 11 tahun terakhir versus yen. Selain itu, "Ada pula kecemasan mengenai perlambatan ekonomi China. Hal ini menyebabkan tingkat risiko yang muncul semakin tinggi," jelas Jonathan Barratt, chief executive officer Barratt's Bulletin. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Harga emas terdongkrak sinyal ekonomi yang buruk
MELBOURNE. Harga emas ditransaksikan naik seiring kecemasan investor mengenai krisis utang Eropa. Rupanya, langkah Moody's Investor Service yang memangkas outlook peringkat utang Jerman, Belanda, dan Luxembourg menjadi negatif, mendongkrak tingkat permintaan emas sebagai haven.Data Bloomberg menunjukkan, pada pukul 14.09 waktu Singapura, harga kontrak emas untuk pengantaran cepat naik 0,2% menjadi US$ 1.579,73 per troy ounce. Sedangkan harga kontrak emas untuk pengantaran Agustus turun sebesar 0,2% menjadi US$ 1.573,70 per troy ounce di Comex, New York. Memang, sejumlah sentimen negatif mewarnai pergerakan pasar finansial pada hari ini (24/7). Sebut saja, meningkatnya risiko Yunani untuk hengkang dari kawasan Eropa, meningkatnya dukungan kolektif untuk sejumlah negara seperti Spanyol dan Italia, serta pelemahan euro ke level terendah dalam 11 tahun terakhir versus yen. Selain itu, "Ada pula kecemasan mengenai perlambatan ekonomi China. Hal ini menyebabkan tingkat risiko yang muncul semakin tinggi," jelas Jonathan Barratt, chief executive officer Barratt's Bulletin. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News