Harga emas tersokong sentimen stimulus



JAKARTA. Harga emas mulai terangkat. Penyebabnya adalah spekulasi yang berkembang di pasar finansial bahwa bank-bank sentral dunia sedang mempersiapkan penggelontoran stimulus lanjutan. Itu membuat pamor emas sebagai safe haven meningkat.

The Federal Reserve (The Fed), kemarin, memulai rapat selama dua hari untuk membahas mengenai kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS). Sementara European Central Bank (ECB) akan membicarakan strategi kebijakan di Uni Eropa (UE) pada 2 Agustus mendatang. Dua hari lalu, Menteri Keuangan AS dan Jerman telah menyepakati komitmen untuk menjaga zona euro.

Nilai kontrak pengiriman emas untuk Desember 2012 di Bursa Comex, Selasa (31/7) sore WIB, senilai US$ 1.627 per ons troi. Harga itu menguat 0,18% dibanding posisi per hari sebelumnya. Dalam sepekan, harga kontrak emas itu telah naik 2,92%.


Logam berharga itu, sempat mencapai harga tertingginya dalam enam minggu terakhir, yaitu US$ 1.629,35 per ons troi, pada 27 Juli lalu. Selama Juli, emas sudah terapresiasi sebesar 1,7%. Sementara itu, sepanjang tahun ini harga emas sudah meningkat sebesar 3,9%.

Namun, harga emas saat ini masih jauh dari rekor tertingginya di tahun ini, US$ 1.798,90 per ons troi. “Kinerja emas seharusnya bisa lebih baik. Namun, kenaikan harga emas terhambat oleh penguatan dollar Amerika Serikat (AS),” ujar Xiang Nan, analis CITICS Futures Co, di China.

Suluh Wicaksono, Head of Analysts Askap Futures, mengatakan, yang menjadi motor utama pengungkit harga emas adalah spekulasi tentang pelaksanaan quantitative easing (QE) tahap ketiga di AS. Jika The Federal Reserve (The Fed) dalam pertemuan pekan ini menyinggung perihal stimulus, emas bisa melonjak ke level US$ 1.700 per ons troi. Emas naik, seiring dengan surutnya pamor dollar AS, di saat The Fed menggulirkan stimulus lanjutan.

Ia menambahkan, kalaupun The Fed tidak memberikan sinyal stimulus, maka emas akan bertahan di level psikologis di US$ 1.600 per ons troi. Pasalnya, data-data ekonomi AS yang dirilis pekan ini diprediksi memburuk. Ini bakal melemahkan posisi dollar terhadap semua pasangan mata uang utama. Dus, harga emas bisa terangkat kembali.

Iwan Cahyo, analis Nine Star Futures, menjelaskan, indikator teknikal, memperlihatkan sinyal ancaman pelemahan emas. Selama pekan ini, emas sudah menyentuh zona jenuh jual. Relative strength index (RSI) mendekati level 70. Lalu, candlestick membentuk pola shooting star. Keduanya merupakan sinyal emas akan melandai.

Harga emas juga masih berada di bawah garis moving average (MA) 200 hari. Itu berarti, kenaikan selama dua hari terakhir, belum mengonfirmasi tren bullish. Iwan memprediksi, dalam sepekan, emas akan bergerak di rentang US$ 1.600 hingga US$ 1.638 per ons troi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini