JAKARTA. Harga emas terdorong naik. Pasar khawatir atas kebuntuan pembahasan anggaran Amerika Serikat (AS) yang berpotensi mengganggu operasional pemerintah. Akibatnya, investor memilih aset aman alias safe haven, termasuk emas dan mendorong harga logam mulia. Di Bursa Comex sampai Senin (30/9) pukul 16.00 WIB, harga emas untuk pengiriman Desember naik 0,14% menjadi US$ 1.341 per ons troi dibanding hari sebelumnya. Dengan penguatan ini, berarti dalam tiga hari harga emas sudah menguat 1,28%. Proses pembahasan anggaran AS di Kongres AS masih alot. Walau batas penyelesaian pembahasan anggaran tersebut tinggal satu hari, mereka belum mencapai sepakat.
Kebuntuan itu memicu kekhawatiran pasar atas risiko
shutdown atau mandeknya proses pemerintahan dan ekonomi di AS. Bila operasional Pemerintah AS terganggu, pertumbuhan ekonomi AS berpotensi susut. Hal ini, mengakibatkan pasar khawatir dan mengejar emas sebagai aset aman sehingga membuat harganya terdongkrak naik. Wahyu Tribowo Laksono, analis Megagrowth Futures mengatakan, penopang harga emas lain adalah memudarnya isu penarikan stimulus moneter AS. Khususnya, setelah peluang Janet Yellen untuk menggantikan Ben S Bernanke menjadi Gubernur Bank Sentral AS kian terbuka. "Yellen lebih pro stimulus. Kalau benar dia jadi, kemungkinan penarikan stimulus akan ditunda, itu yang menjadi spekulasi pasar sehingga emas bisa menguat," katanya. Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures mengatakan, ada dua kemungkinan yang akan terjadi pada pergerakan harga emas dalam beberapa hari ke depan. Jika kongres AS berhasil mencapai kesepakatan atas anggaran belanja pada 1 Oktober, maka harga emas berpotensi anjlok ke kisaran harga US$ 1.316-US$ 1.330 per ons troi. Sebaliknya, jika Kongres gagal, harga emas punya potensi melanjutkan penguatan ke level US$ 1.362 per ons troi. "Secara jangka panjang, emas masih dalam tekanan mengingat harga emas saat ini sudah menembus garis
uptrend," katanya.
Ariston mengatakan, sepekan ke depan kemungkinan besar harga emas masih akan tertekan secara teknikal. Tekanan ini bisa dilihat dari posisi indikator
moving average convergence divergence (MACD) yang berada di area -54 dan masih menunjukkan lanjutan pelemahan harga. Posisi indikator
stochastic juga sudah berada di area jenuh beli alias
overbought.
Relative strength index (RSI) yang masih bergerak turun dari level 40 juga memberikan sinyal bahwa harga emas masih belum bisa melepaskan diri dari tekanan. Ariston memperkirakan, sepekan ke depan, harga emas berpotensi tertekan di kisaran US$ 1.280-US$ 1.360 per ons troi. Wahyu memprediksi, sepekan ke depan, harga emas masih berpeluang menguat di kisaran US$ 1.376-US$ 1.400 per ons troi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati