KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas tertekan menyentuh level terendah sejak 11 akibat penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS). Dolar yang merupakan
safe haven menguat akibat potensi kenaikan suku bunga. The Fed tengah menggelar pengetatan moneter untuk menangkal inflasi. Meski ada potensi inflasi yang biasanya menambah minat investasi emas, logam mulai kalah pamor ketimbang dolar AS dan US Treasury. Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan harga emas turun tajam dan menyentuh ke level rendah sejak 11 bulan pada awal perdagangan sesi AS hari Kamis kemarin.
"AS pada hari Kamis mendapatkan laporan inflasi yang lainnya yakni indeks harga produsen yang sama panasnya. Hal ini akan membuat Federal Reserve AS tancap gas dengan pengetatan kebijakan moneter yang agresif pada pertemuan akhir bulan Juli tepatnya tanggal 26-27," kata Nanang kepada Kontan.co.id, Jumat (15/7).
Baca Juga: Fokus ke Emas, Nikel, dan Bauksit, Ini Wilayah Eksplorasi Antam (ANTM) di Triwulan II Nanang menambahkan, kenaikan
yield obligasi, penguatan dolar AS dan jatuhnya harga minyak mentah adalah elemen-elemen
bearish yang menekan harga emas. Hal ini menimbulkan ketakutan akan resesi yang mengakibatkan berkurang permintaan emas. Dia menambahkan, laju inflasi yang sangat tinggi dibarengi pengetatan moneter yang makin agresif seperti yang dilakukan The Fed dan bank sentral utamanya lainnya menjadi penyebab harga emas sulit untuk menguat. Bila ini berkelanjutan maka akan sangat sulit untuk harga emas bisa menguat. Bila pun ada kenaikan cenderung terbatas karena faktor teknikal yang menjadi peran utamanya.
Baca Juga: Ketidakpastian Meningkat, Dolar AS Jadi Safe Haven yang Paling Diburu "
Support terkuat ada di US$ 1.665 dimana penutupan di bawah area tersebut makin memberi tekanan lanjutan hingga ke area US$ 1.617 dan US$ 1.557. Sebaliknya bertahannya di zona US$ 1.665, maka masih menjadi range jangka panjang sama seperti dua tahun sebelumnya US$ 1.665-US$ 2.075," ujar Nanang.
Nanang mengatakan sentimen yang bisa mendukung harga emas berasal dari ketika inflasi mulai bergerak melandai hingga di bawah 6% dan juga kebijakan pengetatan moneter yang tidak agresif saat ini. Faktor lainnya yang membuat naiknya emas adalah resesi sehingga sektor keuangan global terancam dan menambah minat investasi
safe haven emas. Menurut Nanang potensi yang terjadi untuk emas Antam diperkirakan akan mengikuti jejak emas spot. Dia melihat ada potensi penurunan harga pada Rp 920.000 per gram-Rp 940.000 per gram. "Korelasi penurunan loco london dan logam mulia ada, namun logam mulia memiliki pertimbangan lagi dengan bagaimana apresiasi terhadap kinerja rupiah," pungkas Nanang. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati