Harga Emas Turun dari Level Tertinggi 6 Bulan, Investor Menunggu Rilis Risalah Fed



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah kemarin ditutup di level tertinggi sejak 17 Juni 2022, harga emas turun tipis pada pagi ini. Rabu (4/1) pukul 7.00 WIB, harga emas spot berada di US$ 1.836,88 per ons troi, turun 0,14% dari penutupan perdagangan kemarin. Sedangkan harga emas kontrak Februari 2023 di Commodity Exchange turun 0,18% ke US$ 1.842,70 per ons troi. 

Selasa (3/1) yang merupakan perdagangan perdana tahun 2023, harga emas spot naik 0,85% ke US$ 1.839,48 per ons troi dari akhir tahun 2022 yang ada di US$ 1.824,02 per ons troi. Kemarin, harga emas berjangka menguat 1,09%.

Imbal hasil US Treasury turun. Sementara investor menilai prospek kenaikan suku bunga Federal Reserve lebih lanjut, yang menjadi pemberat harga emas tahun lalu.


Analis senior OANDA Edward Moya mengatakan, ekonomi global bisa masuk ke resesi dan ada ketidakpastian atas jalur kenaikan suku bunga Fed serta risiko geopolitik. "Investor tetap sedikit berhati-hati, dan emas terlihat cukup menarik," kata Edward Moya, analis senior OANDA kepada Reuters.

Baca Juga: Harga Emas UBS Hari Ini di Pegadaian: Rp 1.022.000 per Gram!

Imbal hasil US Treasury 10-tahun acuan mendekati level terendah dalam seminggu. Penurunan yield surat utang negara AS mengurangi biaya peluang memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil. Nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia yang tercermin pada indeks dolar melonjak 1%.

Fokus pasar sekarang tertuju pada risalah dari pertemuan kebijakan Fed 13-14 Desember rilis pada hari Rabu serta data ekonomi lainnya yang diharapkan minggu ini. Jika risalah mengungkapkan bahwa bank sentral AS sedang mempertimbangkan untuk memperlambat kenaikan suku bunga dan mengakhiri siklus kenaikan pada tingkat puncak yang lebih rendah, akan ada ruang untuk kenaikan harga emas lebih lanjut, kata Ricardo Evangelista, analis senior di ActivTrades.

Meski emas dipandang sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi, harga logam mulia ini cenderung kehilangan daya tarik saat suku bunga tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati