KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas kembali melemah setelah sebelumnya mencapai level tertinggi baru sepanjang masa di level US$ 2.450 per ons troi. Berdasarkan data Trading Ekonomi, Kamis (23/5) pukul 21.00 WIB, harga emas spot melemah 1,20% ke US$ 2.353 per ons troi. Meski begitu, harga emas diprediksi masih tumbuh positif. Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo, mengatakan, harga emas kembali merosot karena risalah pertemuan FOMC pada 30 April - 1 Mei 2024 yang hawkish, sehingga menyebabkan kenaikan dolar dan peningkatan pada suku bunga obligasi, dan membuat harga emas menjadi bearish.
"Kemudian, opportunity cost dalam menyimpan emas yang tidak memberikan imbal hasil telah meningkat karena kenaikan suku bunga obligasi, namun terdapat juga ketakutan yang semakin besar bahwa nilai logam mulia akan melemah," kata Sutopo kepada Kontan.co.id, Kamis, (23/5). Baca Juga: Barisan Emiten Ini Bakal Gelar Buyback Saham, Cermati yang Layak Dikoleksi Kendati begitu, Sutopo mengatakan bahwa harga emas akan bertumbuh positif ke depannya. Dia memprediksi harga emas hingga akhir tahun akan berada di level US$ 2.550 per ons troi, dengan potensi terbuka mencapai US$ 2.700 per ons troi. Dia menuturkan, sentimen utama datang dari pembelian bank-bank sentral dunia dan harapan akan dimulainya siklus pemangkasan suku bunga. Selain itu, perang atau konflik di Timur Tengah bisa membawa kenaikan lebih cepat dan lebih besar. "Secara tren masih naik, namun harga yang terlalu mahal dan dolar yang kuat tidak menarik bagi pembeli. Penurunan ini dibutuhkan sebagai koreksi teknis untuk menarik minat beli. Penurunan ini kemungkinan tidak akan berlanjut lama," kata dia. Sementara itu, Sutopo menyebut bahwa sejatinya harga emas telah melonjak dalam beberapa bulan terakhir, yang didorong oleh kuatnya investasi di pasar over-the-counter, pembelian yang berkelanjutan oleh bank sentral, dan meningkatnya permintaan dari Asia. Baca Juga: Menteri ESDM Tetapkan Harga Acuan Batubara dan Mineral Bulan Mei 2024 Menurutnya, ketegangan yang memburuk di Timur Tengah juga terus meningkatkan daya tarik safe-haven, sehingga harga emas berpotensi untuk terus menguat ke depannya. Oleh sebab itu, dia menilai bahwa dengan kondisi saat ini, belum tepat untuk investor mengoleksi emas karena harganya masih terlalu tinggi.