Harga emas turun tipis, investor menunggu kelanjutan stimulus AS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas bergerak flat cenderung turun tipis setelah kemarin melanjutkan kenaikan di hari kedua. Rabu (9/12) pukul 6.30 WIB, harga emas spot berada di US$ 1.870 per ons troi, turun tipis dari harga penutupan kemarin pada US$ 1.870,56 per ons troi.

Serupa, harga emas kontrak pengiriman Februari 2021 di Commodity Exchange berada di US$ 1.874,70 per ons troi, turun tipis dari harga penutupan kemarin pada US$ 1.874,90 per ons troi.

Kemarin harga emas naik ke level tertinggi dalam dua pekan terakhir. Kenaikan harga emas ditopang oleh ekspektasi akan lebih banyak stimulus fiskal AS untuk memerangi dampak ekonomi dari meningkatnya kasus virus corona. Pelemahan nilai tukar dolar AS turut menopang kenaikan harga logam mulia.


"Harga emas tidak terlalu jauh dari tertinggi dan begitu mulai ada stimulus atau gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana kesepakatannya, emas dan perak akan terus bergerak lebih tinggi," kata Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures kepada Reuters. 

Baca Juga: Wall Street menguat, indeks S&P 500 dan Nasdaq rekor lagi

Pelemahan nilai tukar dolar meningkatkan daya tarik emas bagi pemegang mata uang lainnya. Di tengah meningkatnya kasus virus corona, Kongres AS akan menggelar pemungutan suara untuk anggaran sementara selama sepekan. 

Langkah ini diambil untuk mencapai kesepakatan bantuan corona. "Pengeluaran fiskal lebih lanjut positif untuk emas, dan pasar tampaknya mengantisipasi beberapa jenis bagian paket fiskal, bahkan jika hanya sementara," kata James Steel, kepala analis logam mulia di HSBC dalam sebuah catatan. 

Meski harga emas disokong oleh antisipasi stimulus, harga aset lindung nilai ini turun akibat perkembangan vaksin corona yang mulai dibagikan di Inggris kemarin dan akan menyusul negara-negara lain. "Lebih banyak kabar baik mengenai vaksin akan menjadi penekan harga yang kuat," imbuh Steel.

Emas, yang dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang, telah meningkat lebih dari 23% tahun ini, diuntungkan dari suku bunga yang mendekati nol dan risiko inflasi yang lebih tinggi yang kemungkinan besar dihasilkan dari stimulus besar-besaran secara global. 

Baca Juga: IHSG menguat dua hari berturut-turut di pekan ini, berikut sentimen pendorongnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati