Harga Emas Turun Usai Tembus US$ 2.000 Per Ons Troi, Simak Prospeknya ke Depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas turun tipis ke bawah US$ 1.970 per ons troi pada perdagangan sesi kedua, Senin (27/3). Sebelumnya, emas melonjak ke level tertinggi satu tahun terakhir, yakni ke atas US$ 2.000 per ons troi pada pekan lalu.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, koreksi pada harga emas terjadi karena survei yang menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur dan jasa di AS pada Maret 2023 melampaui ekspektasi. Hal ini menunjukkan bahwa inflasi dapat terus melambat secara bertahap.

S&P Global merilis, Indeks Composite PMI Output AS, yang mengikuti sektor manufaktur dan jasa, meningkat menjadi 53,3 pada bulan ini. Angka ini menjadi yang tertinggi sejak Mei 2022 serta lebih baik dari bulan Februari 2023 yang sebesar 50,1.


Selain itu, dolar AS mencoba untuk pulih dari posisi terendah tujuh minggu terakhir, terlihat dari indeks dolar AS yang bertahan di sekitar 103. Penguatan dolar AS terjadi setelah Chief Executive Officer of The Federal Reserve Bank of St. Louis James Bullard mengindikasikan bahwa bank sentral AS belum selesai dengan sikap pengetatannya dan harus menaikkan suku bunga lebih tinggi. 

Baca Juga: Harga Minyak Berbalik Menguat pada Senin (27/3) Pagi

“Akan tetapi, kekhawatiran bahwa bank sentral mungkin belum sepenuhnya mampu menahan guncangan terbesar pada sistem keuangan sejak 2008 mencegah penurunan harga emas lebih lanjut,” tutur Sutopo saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (27/3).

Faktor lain yang masih menopang harga emas adalah biaya asuransi utang Deutsche Bank terhadap risiko gagal bayar yang naik ke level tertinggi yang pernah ada.

Meski terkoreksi, harga emas sepanjang Maret 2023 sudah naik lebih dari 7%. Kenaikan ini terjadi seiring dengan meningkatnya permintaan safe haven akibat keruntuhan bank-bank di AS dan Eropa yang meningkatkan kekhawatiran terhadap resesi ekonomi.

Untuk ke depannya, Sutopo melihat harga emas masih dapat naik kembali ke atas level US$ 2.000 per ons troi. Menurutnya, sepanjang kekhawatiran dan kecemasan pada sektor keuangan global masih ada, maka emas masih dapat mempertahankan keunggulannya.

Krisis di perusahaan keuangan global yang belum ada kepastian, konflik Ukraina-Rusia, serta ketegangan China-Taiwan yang belum selesai juga dapat menjadi pemicu naiknya harga emas. Jika inflasi nantinya semakin terkendali, maka The Fed berpotensi menurunkan suku bunganya yang pada akhirnya juga mendukung harga emas.

Baca Juga: Harga Emas Turun di Awal Pekan, Kekhawatiran Krisis Perbankan Mereda

“Hal yang perlu diwaspadai adalah perubahan kebijakan bank sentral yang masih melihat angka inflasi yang tinggi yang dapat sewaktu-waktu menekan harga emas,” ucap Sutopo.

Sutopo memperkirakan, emas akan diperdagangkan pada US$ 1.844,68 per ons troi pada akhir kuartal I-2023 dan US$ 1.779,15 dalam waktu 12 bulan. Menurutnya, harga emas saat ini masih terlalu mahal untuk pedagang retail maupun investor sehingga ia menyarankan untuk menunggu sejumlah koreksi terlebih dahulu untuk membeli emas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi