KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski harga batubara di pasar global fluktuatif, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mempertahankan target operasional pada tahun ini. Seperti diketahui, harga batubara di Newcastle dalam tren naik pada tahun ini. Harganya sudah naik 23%. Namun, belakangan, pergerakannya fluktuatif, sempat menembus US$ 115 per metrik ton (MT), tapi juga sempat melorot menjadi US$ 107 per MT. Head of Corporate Communication ADRO Febriati Nadira mengatakan, produksi batubara tahun ini ditargetkan sekitar 54 juta-56 juta ton. Proyeksi tersebut seiring penambahan peralatan penambangan yang baru. Tahun lalu, realisasi produksi batubara mencapai 51,79 juta ton. Sedangkan laba operasional sebelum pajak (EBITDA) ditargetkan US$1,1 miliar sampai US$ 1,3 miliar.
Menurut Febriati, perusahaan tidak bisa memprediksi harga jual batubara, sebab sifatnya fluktuatif sepanjang waktu. Yang jelas, agar kinerja operasional tetap solid, ADRO menjalankan efisiensi dan keunggulan operasional di seluruh rantai bisnis. "Jadi kalau harga batubara bertahan bagus, tentu positif dampaknya bagi kinerja perusahaan," kata dia, baru-baru ini. Mengutip laporan kinerja operasional ADRO yang dirilis Kamis (25/10), emiten yang baru saja mengakuisisi tambang Kestrel Coal Mine ini memproduksi batubara sebanyak 14,93 juta ton pada triwulan III-2018. Pencapaian itu naik 5% year on year (yoy). Namun, total produksi batubara periode Januari-September 2018 turun 1% yoy menjadi 38,98 juta ton. Total aktivitas pengupasan lapisan penutup selama sembilan bulan di 2018 naik 12% yoy menjadi 204,36 million bank cubic meter (mbcm). Sedangkan, nisbah kupas gabungan mencapai 5,24 kali. "ADRO mempertahankan rata-rata nisbah kupas yang melebihi target, karena harga batubara yang tinggi memberikan ruang dan fleksibilitas biaya," tutur Febriati dalam siaran pers, Kamis (25/10).