KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga kripto telah mengalami fluktuasi dramatis selama bulan Juli 2024. Volatilitas pasar kripto disetir oleh berita Mt. Gox hingga insiden penembakan Donald Trump. Tim riset Luno Indonesia menganalisis, harga aset kripto sempat terkoreksi setelah Mt. Gox mulai melakukan pembayaran kepada para kreditornya, dan kemudian kembali bergejolak usai upaya penembakan Donald Trump pada tanggal 13 Juli. Bitcoin sebagai aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar melonjak dari kisaran US$59.000 sebelum insiden penembakan, menuju level US$68.000 hanya dalam selang satu pekan.
Ethereum juga mengikuti pola serupa dan bahkan menembus US$3.500 untuk pertama kalinya sejak bulan Juni. XRP juga mencatatkan kinerja yang baik di bulan Juli, naik 25% dalam satu bulan terakhir, dengan 14% kenaikan dalam sepekan terakhir.
Baca Juga: Strategi Susun Alokasi Portofolio Investasi di Tengah Potensi Penurunan Suku Bunga Sementara itu, Bitcoin Cash mencatatkan kinerja yang tidak terlalu baik di bulan Juli, terutama usai aksi jual besar-besaran di pertengahan bulan. Di sisi lain, altcoin lainnya mengalami kenaikan yang cukup signifikan di bulan Juli seperti Solana, Cardano, dan Avalanche semuanya mencatatkan kenaikan sebesar dua digit. “Banyak isu yang muncul dari berita kripto yang mulai masuk ke politik seiring semakin memanasnya kampanye pemilihan presiden di AS,” ungkap tim riset Luno Indonesia dalam dalam siaran pers yang dibagikan, Kamis (1/8). Seperti diketahui, Trump mulai mendekati komunitas kripto dengan menunjukkan dukungan terbuka terhadap aset kripto. Trump bahkan menyampaikan pidato pada Konferensi Bitcoin Nashville pada tanggal 27 Juli. Namun demikian, pasar kripto masih cukup diragukan untuk mempertahankan momentum kenaikan di bulan Agustus. Serangkaian data tenaga kerja, data inflasi Amerika Serikat hingga notulen FOMC akan menjadi penentu bagi harga aset digital tersebut. Tim riset Luno Indonesia menyebutkan, pasar kripto di awal bulan Agustus akan lebih dulu diuji oleh rilis data pengangguran AS diantaranya Non Farm Payroll (NFP) pada 2 Agustus 2024. Angka pengangguran AS merupakan salah satu indikator utama kesehatan ekonomi, yang mempengaruhi daya beli konsumen, keuntungan korporat, dan keputusan kebijakan moneter. Bergeser di pertengahan bulan, angka inflasi Amerika akan dipublikasikan pada 14 Agustus 2024. Angka inflasi diibaratkan seperti pemeriksaan kesehatan. Angka ini menunjukkan perubahan nilai uang dari waktu ke waktu. Adapun angka
Consumer Price Index (CPI) atau Indeks Harga Konsumen AS tidak berubah banyak di bulan lalu, naik hanya 0,1%. Perlambatan inflasi ini bisa mempengaruhi posisi The Fed terhadap suku bunga. Angka ini merupakan sinyal yang positif, namun para investor tetap perlu memperhatikan apakah tren ini akan bertahan. “Jika angka (inflasi) ini berubah, maka akan berdampak kepada tidak hanya harga, namun juga perencanaan masyarakat dan bisnis di masa depan,” kata Tim riset Luno Indonesia. Kemudian, investor juga harus memperhatikan Konvensi Nasional Partai Demokrat AS pada tanggal 19 Agustus – 22 Agustus 2024. Ini penting karena Partai Demokrat AS telah menunjuk kandidat presiden lain setelah Presiden Joe Biden mengundurkan diri dari pemilu di bulan Juli. “Kripto telah menjadi isu politik penting menjelang pemilu bulan November, di mana Donald Trump cukup mendapatkan dukungan dari komunitas kripto,” jelas Luno Indonesia.
Setelah itu, pasar akan mencermati notulensi Federal Open Market Committee (FOMC) the Fed pada tanggal 21 Agustus 2024. Notulen ini biasanya memberikan kilasan proses pengambilan keputusan The Fed. Dokumen yang rinci dari pertemuan The Fed ini bisa menunjukkan pendapat para anggota komite terkait perekonomian, inflasi dan pergerakan suku bunga di masa depan. Adapun The Fed mempertahankan angka dana federalnya bulan lalu di kisaran 5,25%-5,5%, untuk melanjutkan perkembangan ekonomi dan memperlambat inflasi, serta tetap bersikap waspada terkait penurunan suku bunga sampai inflasi bisa mencapai target 2%.
Baca Juga: Harga Bitcoin Turun Tajam pada Awal Agustus, Dipicu Peningkatan Risiko Geopolitik Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Sulistiowati