Harga Fluktuatif, Transaksi Kontrak Minyak Tumbuh Signifikan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Volatilitas harga minyak mentah pada tahun 2021 rupanya menjadi daya tarik tersendiri bagi para trader. Hal ini tercermin dari kenaikan transaksi atas produk minyak mentah. 

Bursa Komoditi ICDX mencatat pertumbuhan transaksi minyak mentah sepanjang tahun 2021 mencapai 93.000 lot hingga pertengahan Desember. Angka tersebut, naik sebesar 173% jika dibandingkan dengan transaksi yang terjadi sepanjang tahun 2020 lalu. 

Jika dilihat dari pergerakan harganya, minyak dunia jenis West Texas Intermediate (WTI) sempat menguat 79% sejak awal tahun dan menyentuh $85,41/barel pada akhir bulan Oktober lalu. 


Research & Development ICDX, Nikolas Prasetia menjelaskan, pembentukan harga tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran. Dengan tingkat vaksinasi yang terus naik, sejumlah negara di dunia pun mulai kembali memutar roda perekonomiannya.

Baca Juga: Harga Minyak Naik Tipis, Brent ke US$79,10 per barel dan WTI ke US$76,03 per barel

“Ini berdampak pada kembali meningkatnya permintaan terhadap minyak mentah dan beberapa sumber energi fosil lainnya sebagai bahan dasar listrik yang digunakan untuk kegiatan industri sehingga dapat kembali beroperasi,” jelas Nikolas kepada Kontan.co.id, Rabu (29/12).

Lebih lanjut, Nikolas menyebut jumlah permintaan yang melonjak tersebut juga didorong krisis energi. Seperti yang terjadi di Eropa, kekurangan cadangan gas alam pada saat musim dingin membuat negara-negara Eropa melakukan pembelian minyak mentah sebagai pengganti gas alam sebagai energi penghangat pada musim dingin lalu. 

Lalu, ada juga China yang beberapa wilayahnya tidak mampu mempertahankan cadangan listriknya, alhasil permintaan energi harus beralih pada komoditi minyak mentah sebagai sumber untuk pembangkit listrik. 

Sementara itu, sejak awal kuartal IV-2021, Nikolas mengatakan tren perdagangan harga minyak terjadi koreksi akibat kekhawatiran pasar atas varian baru Covid-19. 

Hal ini diwaspadai dapat kembali menekan permintaan terhadap minyak mentah, karena penerapan kembali pembatasan sosial yang menurunkan permintaan energi baik untuk listrik maupun untuk bahan bakar.

Lebih lanjut, dengan melihat isu dan pergerakan tahun ini, ia memperkirakan tahun depan minyak mentah masih akan jadi kontrak yang menarik. 

Apalagi, isu-isu seperti krisis energi masih terlihat menyelubungi pasar minyak. Menurutnya, krisis energi dapat kembali mendorong para pelaku pasar minyak mentah untuk kembali melakukan aksi-aksi lainnya 

“Lalu, ada potensi meningkatnya aktivitas pengeboran minyak karena melihat harga yang cukup menarik sehingga berujung pada mengimbangi permintaan yang ada sehingga akan relatif menstabilkan harga,” imbuhnya.

Baca Juga: Kekhawatiran Omicron Mereda, Harga Minyak Ditutup ke Level Tertinggi Dalam Sebulan

Nikolas menyebut outlook pergerakan harga minyak terlihat masih dalam tren naik. Ini tercermin dari harga di penghujung tahun ini yang masih berada di atas dan bergerak menjauhi garis moving average 200.  “Mungkin untuk level yang bisa menjadi perhatian khusus adalah level $62/barel yang saat ini menjadi zona support penting selain garis moving average 200,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi