KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan data panel harga pangan di Badan Pangan Nasional per 24 September 2024, rata-rata nasional harga beras premium di tingkat konsumen ada di harga Rp 14.732/kg. Harga tersebut lebih tinggi dibanding dengan harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah di zona 1 yakni Rp 13.900/kg dan zona 2 Rp 14.400/kg. Sedangkan HET beras premium di zona 3 Rp 14.800/kg. Kepala Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi menjelaskan, dengan harga gabah saat ini di atas Rp 7.000/kg maka harga beras premium akan sulit untuk masuk sesuai HET apalagi untuk zona 1. Naiknya harga gabah disebabkan karena produksi saat ini yang terbatas.
"Beras premium kalau harga gabah di atas Rp 7.000 beras premium agak susah masuk di angka Rp 13.900. Solusinya apa ini? Produksi," kata Arief dihubungi Kontan.co.id, Senin (25/9).
Baca Juga: Harga Beras Meningkat Efek El Nino, Ini Antisipasi Pemerintah Naiknya harga beras premium menurutnya tak bisa disikapi dengan mengevaluasi HET beras. Pasalnya jika HET dinaikkan justru akan membuat harga beras premium terbang. Kembali produksi menjadi solusi untuk mengatasi naiknya harga beras premium. Arief menjelaskan, ketika produksi naik atau ketersediaan naik maka otomatis akan menekan harga gabah. Hingga pada akhirnya harga beras premium bisa ikut turun. "Kalau HET-nya dikoreksi, (kurang) produksi kok HET yang di-
adjust. Dinaikan Rp 16.000 misal tapi produksi kurang, ya tak terselesaikan. Karena barang kurang. Kalau barang kurang HET dinaikan harga terbang," jelasnya. Namun, naiknya harga gabah Arief mengingat bahwa kondisi ini tentu menjadi hal yang baik bagi para petani. "Perlu diingat, petani sekarang lagi
happy. Jadi beresin produksi kalo produksi bagus harga gabah akan turun otomatis, gabah turun beras premium akan turun. Bertahan sampai kapan ini? ya harus didorong produksinya," ujarnya. Arief menegaskan, saat ini NFA fokus pada ketersediaan. Dimana Bulog diminta untuk menyiapkan 640.000 ton beras bagi 21,3 juta keluarga penerima manfaat (KPM) bantuan pangan beras. Selain itu untuk intervensi harga dan ketersediaan di pasar NFA juga memiliki program Gerakan Pangan Murah bersama Pemda. Sert memastikan ketersediaan besar baik di pasar tradisional, pasar modern, dan Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC). "Market semua diisi. Pasar tradisional, pasar modern, PIBC diisi. Pibc sudah mulai turun," kata Arief. I Gusti Ketut Astawa Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional mengatakan, posisi harga beras saat ini memang tinggi. Senada dengan Arief, Gusti menjelaskan kenaikan disebabkan karena tingginya harga gabah di mana rata-rata gabah kering panen (GKP) sudah mencapai Rp 6.580/kg. Bahkan di Kalimantan Tengah harga GKP mencapai Rp 7.100/kg.
Baca Juga: Kebijakan HET Tidak Bisa Diterapkan di Beras Premium "Kemarin kami ke Sukoharjo pun rata-rata gabah kering panen sekitar Rp 7.200-an dan GKG (Gabah Kering Giling) sudah mencapai Rp 8.200. Sehingga pada saat menjadi beras di penggilingan padi tersebut mereka melepas Rp 12.500, sehingga perhitungan kami misalkan sampai di PIBC maka relatif harganya akan mencapai Rp 13.500. Pada pasar turunan paling tidak akan mencapai Rp 14.000," jelasnya.
Adapun beras medium rata-rata nasional Rp 13.112/kg di tingkat konsumen. Dimana HET beras medium zona 1 Rp 10.900/kg, zona 2 Rp 11.500/kg, zona 3 Rp 11.800/kg. Di tingkat konsumen Gusti mengatakan, beras premium itu berkisar antara Rp 13.000 sampai Rp 18.000. Harga beras premium tertinggi ada di Papua. "Sehingga ini memang semua di atas harga eceran tertinggi. Dan kami sampaikan itulah salah satu penyebab kenapa ada beras relatif tinggi karena harga GKP maupun GKG-nya memang sudah relatif tinggi. Tapi kita harus memberikan apresiasi karena pada kesempatan ini sedulur-sedulur petani kita nyaman berproduksi sehingga mereka memperoleh harga yang relatif bagus," jelasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi