Harga Gabah Turun Tapi Beras Masih Mahal, Ada Apa?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurti membeberkan alasan harga beras saat ini masih di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.  

Bayu mengatakan ada beberapa kondisi yang menyebabkan harga beras masih tinggi. Pertama, karena pedagang tahu masa penen segera usai, sehingga perlu menjaga stok. 

Kedua, dampak dari ketegangan geopolitik dan melemahnya nilai rupiah yang membuat harga beras masih berfluktuasi di pasar dunia. 


"Pedagang juga tahu itu, jadi tampaknya teman-teman di ritel itu memperhitungkan faktor-faktor tadi," kata Bayu usai penyaluran bantuan pangan beras tahap kedua di Jakarta, Jumat (3/5). 

Baca Juga: Cadangan Beras Bulog Capai 1,63 Juta Ton, Stok Tertinggi dalam 4 Bulan Terakhir

Untuk itu, saat ini Bulog tengah menyusun berbagai program agar bisa memiliki kewenangan lebih melakukan intervensi harga di pasar. Salah satu program yang diusahakan adalah mendayagunakan Rumah Pangan Kita (RPK) milik Bulog untuk dijadikan outlet dan menjual komoditas pangan salah satunya beras. 

"Sehingga pemerintah juga punya instrumen untuk melakukan intervensi di ritel ya," jelas Bayu. 

Dengan begitu, Peran Bulog untuk melakukan stabilisasi harga pangan di tingkat petani dan konsumen lebih maksimal. "Ini intervensi di luar bantuan pangan karena bantuan pangan itu adalah untuk kelompok berpendapatan rendah," ungkap Bayu. 

Berdasarkan Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), Jumat (3/5), pukul 15.57 WIB, harga beras memang masih di atas HET. 

Rata-rata nasional harga beras premium mencapai Rp 15.640 per kg padahal HET setelah kebijakan relaksasi berkisar Rp 14.900 per kg -15.400 per kg. Sementara harga beras medium mencapai Rp 13.540 per kg, di atas HET mediumnya Rp 10.900 per kg-11.800 per kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati