Harga gas alam disetir permintaan Amerika



JAKARTA. Harga gas alam tergelincir setelah menorehkan kenaikan signifikan. Penguatan harga yang cukup tinggi memicu adanya koreksi teknikal. Namun, peluang kenaikan tetap terbuka selama tren permintaan di pasar global meningkat.

Mengutip Bloomberg, Jumat (16/6), harga gas alam kontrak pengiriman Juli 2017 di New York Mercantile Exchange turun 0,62% ke level US$ 3,040 per mmbtu dibanding sehari sebelumnya, serta bergerak stagnan dalam sepekan terakhir.

Gas alam terkoreksi setelah menguat hingga 4,2% pada Kamis (15/6). Sebelumnya, harga gas alam naik didorong rilis Energy Information Administration (EIA) yang menunjukkan stok gas alam Amerika Serikat secara mingguan naik 78 miliar kaki kubik. Angka tersebut lebih rendah dari pekan sebelumnya sebesar 106 miliar kaki kubik, serta di bawah proyeksi 88 miliar kaki kubik. Total stok gas alam menjadi 2,709 triliun kaki kubik atau turun 322 miliar dari setahun lalu.


Andri Hardianto, Analis PT Asia Tradepoint Futures memaparkan, kondisi cuaca memang menjadi faktor utama penggerak harga gas alam. Memasuki musim panas, permintaan gas alam di Negeri Paman Sam memang berpotensi naik. Tetapi, ramalan cuaca Weather Company menunjukkan suhu udara di sebagian wilayah timur Amerika Serikat (AS) akan cenderung normal pada periode 21-30 Juni. Dengan demikian, permintaan belum akan naik tajam.

Sedangkan permintaan gas alam di luar AS belum bisa diandalkan. China sebagai salah satu konsumen terbesar masih mencatat perlambatan, terutama di sektor industri dan manufaktur.

Dana Moneter Internasional (IMF) memang memiliki outlook positif pada perekonomian China. IMF menaikkan outlook pertumbuhan ekonomi China tahun ini menjadi 6,7% dari sebelumnya 6,6%. Namun, proyeksi ini baru bisa menopang gas alam pada semester kedua.

"Tinggal kita lihat bagaimana data manufaktur China ke depan," lanjut Andri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini