Harga gas alam tenggelam



JAKARTA. Harga gas alam terus menyusut karena serangkaian sentimen negatif masih menyerbunya. Penurunan harga gas alam diperkirakan terus berlanjut hingga jangka menengah.

Mengutip Bloomberg, Kamis (23/4) pukul 15.40, harga gas alam pengiriman Mei 2015 di New York Mercantile Exchange berada di level US$ 2,595 per MMBtu. Harga gas alam tergelincir 0,42% dibanding hari sebelumnya. Dalam sepekan, harga gas alam telah terjun 3,3%.

Ibrahim, analis dan Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka mengatakan, harga gas alam belum mampu menguat dalam waktu dekat. Sebab, saat ini tengah berlangsung musim semi di wilayah Eropa dan AS. Kebutuhan gas alam tidak banyak diperlukan saat musim semi. Selain itu, cadangan gas alam AS yang akan dipublikasikan Energy Information Administration (EIA) pada tanggal 28-29 Maret 2015 diperkirakan mengalami kenaikan. Kondisi ini turut menahan harga gas alam menguat.


“Kondisi gas alam sama halnya dengan minyak mentah, yakni sama-sama mengalami kelebihan pasokan. Ini akan membatasi kenaikan harga jangka pendek maupun menengah,” ungkap Ibrahim.

Sentimen negatif lainnya berasal dari kebijakan Bank Sentral China (PBoC) yang menurunkan cadangan giro wajib minimum (GWM). Kebijakan ini bertujuan untuk menggeliatkan kembali perekonomian China yang lesu pada tahun ini. Sebagai informasi, PDB China tahun ini diproyeksi hanya akan mencatatkan pertumbuhan sebesar 7%, atau lebih rendah dari tahun 2014 sebesar 7,3%. Meski demikian, pelonggaran moneter PBoC tampaknya belum banyak memperbaiki kondisi China.

Rilis data manufaktur China bulan April versi HSBC membukukan angka 49,2. Angka ini lebih rendah dari prediksi sebesar 49,5. Angka manufaktur di bawah level 50 menandakan ekonomi China yang kontraksi. Buruknya data ekonomi juga ditunjukkan oleh Eropa. Kamis (23/4), data ekonomi Eropa kompak memperlihatkan rapor merah. Data manufaktur Prancis, Jerman dan Zona Eropa bulan April dirilis lebih rendah dari estimasi. Data manufaktur Prancis ditorehkan 48,4 atau lebih rendah dari proyeksi sebesar 49,4. Demikian halnya dengan manufaktur Jerman sebesar 51,9. Angka ini dibawah konsensus sebesar 53,1. Rilis data manufaktur Zona Eropa memperburuk kondisi dengan merilis angka 51,9 atau dibawah prediksi sebesar 52,6.

“China, Eropa dan Amerika Serikat merupakan pengguna gas alam terbesar. Buruknya data-data di China dan Eropa dikhawatirkan menurunkan permintaan gas alam, sehingga harga berpotensi melanjutkan penurunan,” imbuh Ibrahim.

Ibrahim bilang, pergerakan gas alam juga turut dipengaruhi oleh data klaim pengangguran mingguan AS yang akan dirilis Kamis (23/4) malam. Apabila data tersebut positif, maka akan memberikan tenaga tambahan bagi penguatan dollar AS. Hal itu turut menekan harga gas alam. Meski demikian, kenaikan harga gas alam dalam jangka pendek masih terbuka. Hal ini didukung oleh stimulus dari PBoC.

Secara teknikal, sinyal kenaikan maupun penurunan harga gas alam masih tarik-menarik menunggu rilis data ekonomi AS, Kamis malam. Moving average dan bollinger band berada 20% diatas bollinger tengah. Moving average convergence divergence (MACD) dan relative strength index (RSI) berada 70% di area negatif. Stochastic masih wait and see.

Ibrahim menduga harga gas alam Jumat (24/4) berada di kisaran US$ 2,520-US$ 2,610 per MMBtu. Sementara harga gas alam sepekan diduga akan terbentang di level US$ 2,410-US$ 2,600 per MMBtu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia