KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perlahan namun pasti, harga komoditas gas alam terus mendaki. Bencana alam Badai Florence yang menerpa Amerika Serikat (AS) berpotensi memangkas persediaan gas alam ke depan. Padahal, musim dingin segera tiba dan berpotensi mengerek permintaan gas alam. Mengutip Bloomberg, Kamis (13/9) pukul 17.55 WIB, harga gas alam di New York Mercantile Exchange (Nymex) kontrak Oktober 2018 tercatat menguat 0,07% ke level US$ 2.831 per mmbtu. Harga gas alam konstan menanjak dalam sepekan terakhir hingga mencapai 2,13%. Analis Asia Trade Point Futures Andri Hardianto, menjelaskan, harga gas alam memang tengah terdorong oleh beberapa sentimen. "Harga gas alam sebenarnya sempat turun pekan lalu karena ada kekhawatiran Badai Florence di AS akan menurunkan permintaan seiring dengan berkurangnya kebutuhan rumah tangga dan pembangkit listrik yang berhenti beroperasi," ujar Andri, Kamis (13/9).
Namun, di sisi lain, kekhawatiran tersebut makin berkembang dan lebih mengarah pada potensi pasokan gas alam yang berkurang. Menurut Andri, dampak bencana Badai Florence tersebut ditakutkan bakal mengganggu produksi dan jalur pipa distribusi LNG di AS. Sementara, hingga akhir semester pertama lalu, Andri menyebut, permintaan terhadap gas alam bertambah lantaran maraknya penggantian pembangkit listrik bertenaga batubara menjadi pembangkit listrik bertenaga gas. Kendati begitu, pelaku pasar masih akan menantikan perkembangan data persediaan gas alam yang dirilis Energy Information Administration (EIA) AS setiap minggunya. "Kalau ternyata dampak badai itu signifikan terhadap cadangan gas alam, harga berpotensi makin menguat," kata Andri.